PILIHAN REDAKSI

Pengumuman Pendaftaran Calon Anggota Panwaslu Kecamatan 50 Kota

  Panwaslu50kota

Budaya

Opini

Mentawai

Padang Panjang

Peristiwa

Pariwara

Sijunjung

Mata Najwa Ungkap Pembakar di Sarinah, Netizen: Polisi Kalah sama Jurnalis
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

Narasi TV mengungkap para pelaku pembakar Halte Sarinah Jakarta saat demo tolak UU Cipta Kerja. Wajah-wajah terduga pelaku dipaparkan dalam sebuah video kronologis.(Narasi TV)

INFONUSANTARA.NET -- Cuplikan video hasil investigasi Tim Mata Najwa berjudul '62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah l Buka Mata' membuat heboh warganet setelah di diunggah akun YouTube Narasi Newsroom.

Video berdurasi 9 menit 58 detik mengungkap fakta baru seputa peristiwa pembakaran Halte Transjakarta Sarinah di tengah aksi demonstrasi menolak Omnibus Law - Undang-Undang Cipta Kerja yang beberapa waktu lalu terjadi di Jakarta.

Beragam komentar dilayangkan para netizen setelah melihat tayangan Tim Mata Najwa yang berasal penulusuran rekaman CCTV di sekitar Halte Transjakarta Sarinah dan data digital yang beredar di media sosial.

Setelah melihat cuplikan di video tersebut, banyak netizen yang curiga jika pelaku pembakarnya bukan lah demonstran, melainkan sekelompok orang yang terorganisir yang diduga dengan sengaja ingin menciptakan kerusuhan.

Di simak dalam video tersebut, kelompok pelaku pembakar Halte Transjakarta Sarinah itu awalnya terlihat datang dari arah Jalan Sunda. Kemudian sebelum melancarkan aksinya, mereka terlebih dahulu terlihat melakukan observasi di sekitar lokasi. Setelah itu, lalu mengetik di ponsel seakan berkomunikasi dengan pihak lain.

Narasi TV mengungkap para pelaku pembakar Halte Sarinah Jakarta saat demo tolak UU Cipta Kerja. Wajah-wajah terduga pelaku dipaparkan dalam sebuah video kronologis.(Narasi TV)

Selain itu, ada satu orang dari kelompok tersebut yang terlihat bolak-balik mencari api untuk membakar Halte Transjakarta Sarinah. Mulai dengan menggunakan plastik cone, spanduk, hingga kardus.

Singkat cerita, akhirnya Halte Transjakarta Sarinah itu pun terbakar. Titik api muncul pertama kali di sisi selatan halte.

Dari rekaman CCTV tersebut dapat terindentifikasi bahwa kelompok perusak dan pembakar Halte Transjakarta Sarinah itu berjumlah tujuh orang.

Setelah melihat tayangan video tersebut, sejumlah warganet pun menyampaikan pendapat dan komentarnya. Beberapa dari mereka meyakini bahwa perusak dan pembakar Halte Transjakarta Sarinah bukanlah mahasiswa dan buruh.

Di sisi lain, mereka juga menduga adanya oknum tertentu yang dengan sengaja menciptakan kerusuhan sehingga menimbulkan kesan negatif terhadap gerakan mahasiswa dan buruh.

"Dari sini gue percaya yang bakar bukan buruh maupun mahasiswa," kicau akun Twitter @rebahanenaktauu.

Adapula warganet yang berkomentar dengan membanding-bandingkan kerja polisi dengan jurnalis. Sebab, diketahui polisi belum berhasil mengungkap aktor yang melakukan pembakaran di sejumlah halte saat terjadi demonstrasi di Jakarta. 

"Sampai sekarang pelaku ini belum ditangkap. Kemampuan penyelidikan polisi yang kalah sama jurnalis, ataukah memang ternyata pelaku adalah......titik titik." kicau @katanyaabon.

"Awas ada kang bakso,"timpal @tetehayyy.

"Awas diciduk,"balas @Yulianiarianii.

Sumber: Suara.com/SuaraJakarta.id

Pembakar Halte Sarinah Terkuak, Fadli Zon Singgung Agen Provokator
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

 

Fadli Zon sebut agen provokator dalam demo omnibus Law. (YouTube/Fadli Zon Official)

Pelaku kerusuhan itu bahkan sempat berfoto-foto dan mengamati situasi di lapangan saat demo terjadi.

INFONUSANTARA.NET -- Narasi TV yang dinahkodai jurnalis kenamaan Najwa Shihab, mengklaim telah mengantongi pelaku pembakaran halte Sarinah saat demo Omnibus Law 8 Oktober 2020 kemarin.

Para pelaku diketahui mengenakan pakaian serba hitam, dan datang berkelompok secara terorganisir.

Berdasarkan video investigasi tersebut, dijelaskan bagaimana proses investigasi tim Narasi TV berlangsung.

Menurut mereka, pelaku pembakaran Halte Sarinah datang dari arah Jalan Sunda secara berkelompok saat aksi mulai memanas.

Pelaku kerusuhan itu bahkan sempat berfoto-foto dan mengamati situasi di lapangan saat demo terjadi. Setelah itu secara terencana, para pelaku kemudian berpencar untuk membakar Halte TransJakarta.

Akan tetapi yang menarik, foto-foto yang disebar oleh tim Narasi TV di kanal Youtube-nya, tidak ada yang mirip dengan empat pelaku pembakaran yang sebelumnya Polisi kantongi.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon pernah menyinggung soal teka-teki pelaku pembakaran halte tersebut.

Menurut Fadli, video kompilasi tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa pelaku pembakar Halte Sarinah seperti sebuah operasi yang terorganisir dengan baik.

“Dari video kompilasi ini kelihatan operasi pembakaran halte terorganisir. Harus waspada terhadap agent provocateur seperti saya unggah di youtube channel saya,” kata Fadli Zon dalam cuitan akun Twitter pribadinya @fadlizon, Kamis (29/10/2020) dilansir dari Suara.com.

Sementara itu di kanal Youtube pribadinya, Fadli Zon sempat mengulas aksi demonstrasi dan menyebut bahwa agen provokator selalu ada.

Ia menjelaskan, agen provokator adalah sebuah istilah yang sudah klasik ada di dalam dunia intelejen yaitu penyusupan, infiltrasi, kepada sebuah protes atau demonstrasi.

Menurutnya, para penyusup itu lazim dalam dunia intelejen disebut “agent provocateur” atau agen provokator.

Selain itu, kata dia, agen provokator biasanya akan melakukan tindakan ilegal atau perusakan. Sering pula tindakan tersebut diikuti dengan opini mendiskreditkan atau upaya untuk membunuh karakter dari demonstran atau kegiatan demonstrasi itu secara keseluruhan.

“Dan juga bisa diikuti juga oleh penangkapan-penangkapan (demonstran),” terang Fadli Zon.

Dalam pandangan Fadli, agen provokator ini sudah lama ada bahkan di berbagai negara.

“Ini sudah dilakukan ribuan kali, di Amerika, Inggris, dan dimana-mana. Termasuk saya kira juga di Indonesia. Karena itu, di dalam melakukan protes, demonstrasi, unjuk rasa, harus waspada terhadap yang namanya agent provocateur atau agen provokator,” tuturnya. 


Terungkap Bukan Demonstran! Ini Wajah Terduga Pelaku Pembakaran Halte Sarinah
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

 

Narasi TV mengungkap para pelaku pembakar Halte Sarinah Jakarta saat demo tolak UU Cipta Kerja. Wajah-wajah terduga pelaku dipaparkan dalam sebuah video kronologis.(Narasi TV)

Dari temuan mereka, ternyata para pelaku bukan berasal dari rombongan pengunjuk rasa. Selain itu, ulah mereka nampak terorganisir dan dilakukan dengan penuh kesengajaan.

INFONUSANTARA.NET -- Wajah terduga pelaku pembakar Halte Sarinah menyebar setelah Narasi TV mengunggah video kronologis kejadian tersebut.

Dari temuan Narasi TV, para terduga pelaku pembakaran bukan berasal dari massa aksi penolak UU Cipta Kerja.

Sebelumnya, tudingan pembakar Halte Sarinah yang terjadi pada Kamis (8/10/2020) lalu sempat dilayangkan ke ke buruh dan mahasiswa yang melangsungkan demonstrasi di sekitar tempat kejadian perkara.

Mereka diduga menjadi pelaku pembakaran halte yang kerugiannya mencapai angka Rp 65 miliar ini.

Narasi TV menayangkan penelusuran rekaman CCTV dan dokumentasi yang beredar di media sosial guna menelisik lebih dalam siapa dalang di balik perusakan Halte Sarinah.

Dari temuan mereka, ternyata para pelaku bukan berasal dari rombongan pengunjuk rasa di sana. Selain itu, ulah mereka nampak terorganisir dan dilakukan dengan penuh kesengajaan.

Penelusuran video tersebut bermula dari foto para pelaku pembakaran halte yang viral di media sosial.

Tim Mata Najwa menelusuri pergerakan para pelaku tersebut sebelum akhirnya melakukan aksi mereka.

Disimak dari video Mata Najwa, orang yang menyulut api tiba-tiba datang dari arah Jalan Sunda. Sebelum melancarkan aksinya, mereka nampak seperti melakukan observasi lebih dulu.

Mereka menoleh ke kanan dan kiri seolah membaca keadaan, lalu mengetik di ponsel seakan berkomunikasi dengan pihak lain.

Pada waktu menjelang petang tersebut, mereka datang ke lokasi unjuk rasa. Namun, gelagatnya berbeda dengan para demonstran lainnya. Pasalnya, arah gerak langkah mereka berseberangan.

Dalam rekaman CCTV ada dari mereka terekam bolak-balik mencari api untuk dibawa ke halte. Pertama, mereka melakukan pembakaran di halte sisi selatan.

Setelahnya, pelaku kemudian merusak halte sisi utara. Dari rekaman CCTV yang didapatkan tim Mata Najwa, sejumlah orang yang merusak dan membakar halte terlihat saling mengenal satu sama lain.

Mereka nampak seperti sudah terorganisir. Sebab, mereka terlihat seolah sudah berbagi tugas sehingga saat pembakaran mereka tenang dan fokus.

Dari video penelusuran Mata Najwa tersebut, kemudian muncul dugaan bahwa para pelaku perusakan dan pembakaran halte bukan berasal dari massa aksi, melainkan orang yang memang sengaja datang untuk membakarnya.

Namun, sampai saat ini belum diketahui identitas dari sejumlah orang yang merusak dan membakar halte Sarinah tersebut.

Kendati begitu, Najwa Shihab selaku pembawa acara menuturkan bahwa pihaknya telah mengajukan video itu ke polisi untuk ditindak lanjuti.

"Sebelum ditayangkan di Mata Najwa, video ini sudah kami kirim ke polisi," cetus Najwa dilansir Suarajakarta.id. 

Halte TransJakarta Sarinah dibakar pada Kamis (8/10/2020). Api berkobar menghanguskan fasilitas angkutan umum ini.

Pantauan Suara.com di lokasi kala itu, terlihat kondisi halte begitu mengenaskan. Bahkan hampir seluruh kaca halte ini sudah pecah berantakan.

Pembakaran yang terjadi sekitar sore menjelang malam ini masih berlangsung sampai pukul 18.30 WIB. Di tiga titik terlihat api masih menyala di halte ini.

Kabel-kabel terlihat putus dan meleleh karena peristiwa ini. Bahkan masih ada sejumlah percikan api dari kabel yang terbakar itu.

Meski sudah hangus terbakar, masih ada sejumlah orak yang terus merusak halte ini. Dari bagian dalam halte, mereka memecahkan kaca dengan batu dan puing-puing lainnya.

Sumber: Suara.com

Hadiri Maulid, Ma'ruf Singgung soal Kepercayaan ke Pemimpin
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

 

Wapres Ma'ruf Amin menyinggung kepercayaan ke pemimpin kian terkikis di era disrupsi informasi saat menghadiri perayaan Maulid Nabi di Masjib Istiqlal. (CNN Indonesia/Ramadhan Rizki Saputra).

INFONUSANTARA.NET -- Wakil Presiden (Wapres) RI Ma'ruf Amin menyinggung soal kepercayaan masyarakat yang semakin terkikis, terutama kepada para pemimpin bangsa.

Hal ini kata dia bisa terjadi seiring perkembangan era informasi yang mulai masuk ke arah disrupsi atau fenomena saat masyarakat menggeser aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata beralih ke dunia maya.

Aktivitas tersebut kata Ma'ruf justru membuat orang sulit percaya terhadap orang lain.

"Di era disrupsi informasi seperti saat ini seakan sulit menaruh kepercayaan kepada pihak lain, bahkan kepada pemimpinnya," kata Ma'ruf saat menyampaikan pidato dalam perayaan Maulid Nabi yang digelar Masjid Istiqlal dan disiarkan secara daring, Kamis (29/10) seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Era disrufsi informasi ini kata Ma'ruf, memunculkan fenomena baru berkaitan dengan diputarbalikannya fakta-fakta yang ada. Hal ini tentu membuat pengguna atau masyarakat kebingungan untuk memilah dan memilih informasi mana yang semestinya dipercaya dan mana yang harus dihindari.

Imbasnya, muncul kecurigaan masyarakat terutama berkaitan dengan kebijakan pemimpin meski informasi yang didapat itu benar.

"Sehingga, akhirnya mereka menaruh curiga dan prasangka buruk terhadap semua informasi yang sampai padanya," kata dia.

Kendati demikian, Ma'ruf tak merinci rasa percaya terhadap pemimpin yang mulai terkikis ini berhubungan dengan persoalan yang mana. Dia kemudian menitip pesan agar perayaan Maulid Nabi ini bisa digunakan oleh setiap umat dan masyarakat untuk meneladani karakter Rasullalah Muhammad SAW.

"Dalam kesempatan Maulidurrasul ini, mari kita sebagai umat sayyidina Muhammad mencontoh dan meneladani sifat dan karakter beliau. Sehingga kehadiran kita menjadi suluh bagi orang lain," kata Ma'ruf.


Milenial Balas Megawati: Demo Ini Pengabdian Kami buat Rakyat
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

 

Mahasiswa UI, Fajar Adi, mengkritik pernyataan Megawati Soekarnoputri. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)

INFONUSANTARA.NET -- Para demonstran muda yang masuk kategori milenial (1981-2000, berdasarkan Biro Sensus AS) mempertanyakan balik sumbangsih Ketua Umum Megawati Soekarnoputri yang mengkritik unjuk rasa tolak Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja.

Megawati sebelumnya mengkritik gelombang aksi demonstrasi yang dimotori kalangan muda. Ia mempertanyakan sumbangsih para pemuda untuk bangsa selain berdemo.

Menurutnya, milenial harus menunjukkan dulu sumbangsihnya kepada bangsa dan negara. Bahkan mantan Presiden RI itu meminta Presiden Joko Widodo tak memanjakan para millenial.

Di sela-sela aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja di Jakarta, Rabu (28/10), CNNIndonesia.com menemui milenial demonstran dan kalangan senior yang peduli terhadap gerakan pemuda.

Fajar Adi Nugroho (22), misalnya. Mahasiswa Universitas Indonesia (UI) itu menyayangkan sikap para elite partai dan pemerintahan yang sering kali meremehkan gerakan anak muda.

Padahal menurutnya, aksi unjuk rasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja yang mereka lakukan justru sumbangsih yang nyata. Mereka turun ke jalan demi memperjuangkan hak rakyat.

"Hari ini mahasiswa bergabung dengan rakyat menjadi bukti dari amalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, amalan pendidikan dan pengabdian kami pada rakyat," kata Fajar kepada CNNIndonesia.com, Rabu (28/10).

Fajar menilai sudah sepantasnya para anak muda yang telah mengenyam pendidikan di kampus untuk turun ke jalan. Ia justru mempertanyakan generasi senior yang hanya diam melihat rakyat sengsara.

"Para elite yang sudah mengenyam pendidikan tinggi, di luar negeri, justru diam saja melihat kebijakan yang melemahkan rakyat. Di mana gelar-gelar akademik mereka selama ini?" ucapnya.

Abia Indou (29), mahasiswa Universitas Nasional, juga menyayangkan pernyataan Megawati. Dia mengatakan aksi unjuk rasa inilah sumbangsih kalangan muda untuk Indonesia.

Mahasiswa turun ke jalan berbaur dengan elemen buruh, petani, nelayan, rakyat miskin kota, dan lainnya. Abia sebut upaya deligitimasi terhadap gerakan mahasiswa tak akan berpengaruh.

"Jika menyebut gerakan kami gerakan yang tidak berasal dari hari nurani, itu bullshit [omong kosong] karena ini perjuangan murni untuk bangsa Indonesia," ucap Abia.

Ia juga mengingatkan bangsa ini didirikan berkat peran para pemuda. Dimulai dari Boedi Oetomo pada 1908 dan dilanjutkan Sumpah Pemuda pada 1928.

Mahasiswa Unas Abi Indou kritik pernyataan Megawati Soekarnoputri. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)

Abia menilai elite kekuasaan saat ini ingin memutarbalikkan sejarah. Dia menduga ada upaya menghilangkan peran pemuda dalam membangun bangsa.

"Pemerintah mencoba mengubah fakta sejarah peran pemuda jaman sekarang," tuturnya.

Selain itu, ada pula suara dari kalangan buruh. Dian Septi Trianti (37) menilai para elite lupa bahwa demonstrasi juga bentuk sumbangsih kaum muda dari masa ke masa.

Ia mengingatkan beberapa momentum pendirian bangsa yang diwarnai demonstrasi oleh pemuda. Misalnya Reformasi pada 1998 yang digerakkan mahasiswa.

"Ketika teman-teman kritis dan ikut turun ke jalan, itu adalah sumbangsih. Jangan dianggap demonstrasi bukan sumbangsih. Negara ini dibangun dari rentetan demonstrasi," kata Dian saat ditemui CNNIndonesia.com di lokasi aksi.

Dia berharap elite kekuasan tak lagi meremehkan perjuangan kaum muda. Sebab intelektual kelas dunia pun berjuang lewat tulisan dan turun ke jalan.

"Setop merepresi kaum muda yang turun ke jalan, setop. Kemudian jangan represi dengan ancaman dropout, pelarangan demo, membatasi hanya buat karya ilmiah saja," ucap Dian.

Perwakilan buruh, Dian Septi Trianti (37), menilai para elite lupa bahwa demonstrasi juga bentuk sumbangsih kaum muda dari masa ke masa. (CNN Indonesia/Dhio Faiz)

Nining Elitos (42) dari elemen buruh juga tak sepakat jika gerakan para millenial direndahkan. Dia berpendapat gelombang massa saat ini selain dimotori buruh, juga diisi oleh para kaum millenial.

"Itu hal yang keliru. Justru kita harus mengajarkan pemuda harus memiliki kecerdasan, keberanian, dan pengetahuan bagaimana mempertahankan agar bangsa kita tidak dijajah, agar rakyat Indonesia tidak dijajah," kata Nining.

Ia mengapresiasi kemauan pada pemuda menjadi tulang punggu aksi unjuk rasa di berbagai daerah. Nining berharap para millenial tak kendor, meski diremehkan para elite.

Nining berpendapat sudah bukan saatnya untuk membeda-bedakan elemen pergerakan. Menurutnya, ketidakadilan di negeri ini harus dilawan bersama-sama.

"Tidak lagi kita bisa percaya terhadap kekuasaan saat ini. Maka penting penyatuan dari seluruh gerakan rakyat dan berbagai macam aliansi di daerah-daerah untuk melakukan perjuangan sekuat-kuatnya," tutur Nining.

Sumber: CNN Indonesia

Fadli Bela Milenial: Ketiban Warisan Utang Menggunung dari Rezim Bingung
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

 

Fadli Zon.(ist)

Pernyataan Megawati tentang peran milenial ditanggapi secara kritis oleh sejumlah kalangan.

INFONUSANTARA.NET -- Dalam acara peresmian kantor PDI Perjuangan secara daring, Rabu (28/10/2020), kemarin, Megawati Soekarnoputri membahas kaum milenial Indonesia dan kontribusi mereka pada zaman sekarang. 

Dilansir dari Suara.com. Dia meminta kepada Presiden Joko Widodo supaya jangan memanjakan generasi milenial. "Anak muda kita jangan dimanja, dibilang generasi kita adalah generasi milenial. Saya mau tanya hari ini apa sumbangsihnya generasi milenial yang sudah tahu teknologi membuat kita sudah viral tanpa harus bertatap langsung?" kata Megawati.

Menurut dia, generasi milenial hanya bisa berdemonstrasi, salah satunya demonstrasi menolak Undang-Undang Cipta Kerja yang berlangsung beberapa hari lalu. "Apa sumbangsih kalian terhadap bangsa dan negara ini? Masa hanya demo saja," kata Megawati.

Pernyataan Megawati tentang peran milenial ditanggapi secara kritis oleh sejumlah kalangan.

Menurut analis politik dan ekonomi Rustam Ibrahim, "generasi milenial mungkin tidak menyumbang untuk masa sekarang, tapi mereka pewaris masa depan."

Sedangkan politikus Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan generasi milenial punya tugas sejarahnya sendiri.

"Yang jelas sekarang ini ketiban warisan utang yang menggunung dari sebuah rezim yang bingung," katanya.

Dalam pidato, kemarin, Megawati menyayangkan demonstrasi yang berlangsung beberapa hari terakhir terjadi perusakan berbagai fasilitas publik, seperti halte Transjakarta dan moda raya terpadu.

Dia kembali mempertanyakan apakah dalam berunjuk rasa atau berdemonstrasi diperbolehkan melakukan perusakan.

"Masa (generasi milenial) hanya demo saja. Nanti saya di-bully ini (tapi) saya enggak peduli, hanya demo saja ngerusak, apakah ada dalam aturan berdemo? Boleh saya kalau mau debat," katanya.

Menurut dia, demonstrasi atau berunjuk rasa memang diizinkan dan diperbolehkan sejak era reformasi.

Namun, sekali lagi Megawati menegaskan tak ada aturan yang mengatur diperbolehkannya perusakan terhadap fasilitas umum. "Ada aturan dalam demo diizinkan karena ketika reformasi, kita masuk ke dalam alam demokrasi, ya. Tapi adakah, jawab, aturannya bahwa untuk merusak? Nggak ada. Kalau ada orang bilang ada Bu, mana dia, sini, sini kasih tahu sama saya," kata presiden kelima RI itu.


PBNU: Hizbut Tahrir Sama dengan Gagasan Komunis Internasional
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

 

Katib Aam Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf.(istimewa)

Katib Aam PBNU Yahya Cholil Staquf menyebut organisasi pengusung khilafah seperti Hizbut Tahir dan Ikhwanul Muslimin tak beda dengan gagasan komunis internasional. 

INFONUSANTARA.NET -- Katib Aam Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyebut organisasi yang mencita-citakan khilafah, seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin, tak beda dengan gerakan komunis internasional yang menghendaki rezim tunggal di dunia.

Menurutnya, gerakan yang bercita-cita tentang khilafah itu tergolong gagasan baru yang sedang dipaksakan pada dunia Islam.

"Jadi mereka sama dengan gagasan komunis internasional yang memungkinkan satu rezim komunis untuk satu dunia," ujar pria yang akrab dipanggil Gus Yahya, di sela-sela Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (NU), di Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar, Kota Banjar, Jawa Barat, Kamis (28/2) seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Gus Yahya mengatakan ideologi dan gerakan yang membawa gagasan secara universal seperti khilafah maupun komunis hanya menghasilkan kemelut dan kekacauan di seluruh dunia.

"Maka harus ditolak dan kembali pada asal dari nilai agama yaitu rahmah, kemanusiaan, dan akhlaqul karimah," katanya, yang juga merupakan anggota Wantimpres itu.

Menurut Gus Yahya, NU sendiri sudah memiliki sikap lewat Khittah NU 1984. Bahwa, NU memutuskan untuk menjaga ukhuwah Islamiyah, wathoniyah, insaniyah, serta menerima NKRI berdasarkan UUD 1945.

"Kami hanya melengkapi argumen agama," lanjutnya.

Gus Yahya mengaku bahwa tidak ada perintah syariat ataupun dalil sebagai landasan legitimasi keberadaan sebuah negara. Menurutnya, itu berarti boleh membangun negara atas legitimasi apapun, termasuk konsep negara-bangsa.

Namun, Gus Yahya juga menyebut tak ada kewajiban umat Islam untuk menerapkan sistem khilafah yang mencakup seluruh dunia dalam satu kekuasaan sistem politik.

Ia pun meminta umat Islam di seluruh dunia menerima keberadaan negara-bangsa yang merdeka dan berdaulat serta tak mengintervensi urusan negara lain.

"Kita sekarang umat Islam di seluruh dunia harus terima keberadaan negara-bangsa yang ada sebagai [negara] merdeka, berdaulat masing-masing dan tidak boleh mengintervensi urusan negara lain," katanya.

Diketahui, pembahasan konsep negara masuk di Komisi Bahtsul Masail Maudluiyyah dalam Munas Alim Ulama dan Konbes NU. Ketua PBNU Said Aqil Siroj juga ikut dalam pembahasan konsep negara, kewarganegaraan, dan hukum negara di Komisi Bahtsul Masail Maudluiyyah.


Ferdinand Tantang Arie Untung Bakar Tas Brand Prancis, Jangan Cuma Ditaruh
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

Unggahan Arie Untung [Instagram]
Dia mengatakan jika Macron tak mencabut pernyataan, akan tetap membiarkan tas-tas tersebut berada di lantai dan tak akan memakainya lagi.

INFONUSANTARA.NET -- Tak hanya kalangan agamawan dan politikus yang kecewa dengan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron karena dinilai telah menyinggung umat Islam, artis pun ikut-ikutan bersuara.

Di antaranya, presenter Arie Untung. Dia ikut memprotes pernyataan Macron menyusul kasus pembunuhan guru bahasa Prancis, Samuel Paty, oleh pemuda asal Chechnya karena memperlihatkan konten karikatur Nabi Muhammad dalam pengajaran kebebasan berekspresi.

"Karena negaranya menghina Nabiku di bulan kelahirannya, barang-barang recehan brand-brand Prancis ini nggak layak ada di lemari yang pemiliknya sangat mencintai nabinya. Brand-brand ini kastanya langsung jadi "paling rendah," kata Arie Untung melalui Instagram. Dia mengunggah foto beberapa tas buatan Prancis milik istri, Fenita, yang ditaruh di lantai.

Dia mengatakan jika Macron tak mencabut pernyataan, akan tetap membiarkan tas-tas tersebut berada di lantai dan tak akan memakainya lagi.

"Biar dia tahu impact ekonomi yang dihasilkan atas penghinaan ini. Di muslim market brand Prancis sekarang valuenya langsung "murah," katanya seperti dilansir dari Suara.com

Tetapi bagi politikus Ferdinand Hutahaean, aksi Arie Untung masih kurang seru.

Ferdinand menantang presenter tersebut berani membakar barang-barang yang dikatakan Arie Untung brand Prancis tersebut dan membuang ke tempat sampah.

"Bakar dong, buang ke tempat sampah, jangan cuma taruh dan pamer di lantai, habis itu disimpan lagi dan pakai lagi," kata Ferdinand.

Panggil dubes

Anggota Komisi I DPR Sukamta mengapresiasi langkah Kementerian Luar Negeri yang telah memanggil Duta Besar Prancis untuk Indonesia dan menyampaikan kecaman terhadap pernyataan Macron yang dinilai telah menyudutkan agama Islam.

"Saya mengapresiasi positif kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia yang telah memanggil Duta Besar Prancis pada Selasa (27/10) dan menyampaikan kecaman terhadap pernyataan Presiden Prancis," kata Sukamta.

Dia juga berharap pemerintah Indonesia proaktif untuk berkomunikasi dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam mendorong ada pernyataan bersama oleh organisasi tersebut untuk mengecam pernyataan Macron.

Sukamta meminta pemerintah melalui KBRI di negara-negara Eropa juga perlu meningkatkan pengawasan dan penjagaan kepada masyarakat Indonesia yang ada di sana.

"Karena sangat mungkin ucapan Macron itu akan meningkatkan kekerasan kelompok ultra kanan kepada kaum muslimin dan imigran," ujarnya.

Dia mengecam keras pernyataan Macron pada Jumat (23/10/2020) yang dinilai menyudutkan agama Islam dan membiarkan penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah Charlie Hebdo.

Menurut dia ucapan tersebut menunjukkan pikiran Macron kerdil dan dapat membahayakan upaya membangun dunia yang harmonis.

"Simbol agama adalah sakral bagi pemeluknya. Bagi umat Islam, Nabi Muhammad SAW adalah sosok paling penting. Ucapan Macron jelas melukai hati ummat Islam di seluruh dunia, kita sangat marah atas penghinaan ini," katanya.

Dia menilai pernyataan Macron telah memantik Islamofobia, juga mendorong kebencian terhadap pemeluk agama sehingga ucapannya telah menodai prinsip-prinsip kebebasan dan nilai-nilai universal.


Katib Aam PBNU Yahya Staquf Sebut RI Hingga Saudi Bubar Jika Khilafah Diteruskan
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

 

Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (istimewa)

Katib Aam PBNU Yahya Staquf memperingatkan bahaya cita-cita khilafah. 

INFONUSANTARA.NET -- Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyatakan khilafah akan membuat negara-negara, termasuk negara Islam, bubar.

"Kalau kita teruskan pandangan yang menganggap khilafah sebagai cita-cita, ini semua harus dibubarkan. Bukan hanya NKRI, tapi Malaysia, Brunai, Saudi bubar dijadikan satu khilafah. Ini akan menimbulkan bencana kiamat bagi seluruh dunia," ujar Yahya dalam Seminar Internasional yang diselenggarakan Gerakan Pemuda Ansor-BPIP, Rabu (28/10) seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Diketahui, salah satu konsepsi khilafah yang populer ialah menyatukan semua negara dalam satu kekuasaan kekhalifahan Islam.

Meski demikian, Yahya mengakui ada sejarah panjang pertentangan antara negara dan kelompok tertentu kaum muslim, di dunia maupun Indonesia. 

"Karena kenyataanya masalah itu memang ada," ujar dia.

Misalnya, pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), yang disebutnya sama dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Selain itu, ada kasus terorisme bom Borobudur (1985) dan pembajakan pesawat Garuda (1981) yang dilakukan oleh ekstrimis Islam.

"Bahkan, konstituante sebagai hasil Pemilu 1955 sudah berdebat sengit sekali untuk memperdebatkan pilihan antara ideologi Islam atau Pancasila sebagai dasar negara," imbuh Yahya.

Pihak Nahdlatul Ulama pun, kata dia, sudah berpikir untuk mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini sesuai perkembangan zaman.

"Supaya kita tidak hanya mengambil dan menerapkan yurisprudensi yang dihasilkan pada abad pertengahan atau abad abad yang lampau, tapi harus sesuai konteks realitas saat ini," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyatakan Indonesia beruntung memiliki ormas Islam moderat yang kuat, seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

"Kami sangat beruntung memiliki organisasi Islam moderat yang kuat seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiah, yang terus mengemukakan pandangannya bahwa Pancasila akan selalu sejalan dengan Islam dan negara," ujar dia.

Mahfud pun sepakat dengan pandangan Presiden keempat RI sekaligus mantan Ketua Umum PBNU Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tentang Pancasila yang bisa melindungi kaum muslim maupun non-muslim.

"[Pancasila] sesuai dengan demokrasi, cerminan jenis pemerintahan non-otoriter, keadilan dan persamaan yang mencerminkan pemerataan kekayaan dan persamaan di depan hukum," ujarnya.

"Lebih lanjut Wahid menyatakan bahwa Pancasila dan Islam di Indonesia ibarat dua sisi mata uang yang saling menguatkan, bertujuan untuk menjamin dan melindungi hak-hak dasar seluruh rakyat, baik Muslim maupun non-Muslim," lanjut Mahfud.


Luar Biasa! Pemuda Rusia Turut Semarakkan Sumpah Pemuda di KBRI Moskow
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

Ilustrasi warga negara Rusia (KBRI Moskow)

INFONUSANTARA.NET -- Pemuda di Rusia turut memperingati Hari Sumpah Pemuda dengan mengikuti lomba menulis dan berpidato menggunakan Bahasa Indonesia. Acara dihelat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Rusia di Moskow.

Lomba pidato dilakukan secara virtual. Diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Rusia, yaitu Moscow State Institute of International Relations (MGIMO), Institute of Asian and African Studies of the Lomonosov Moscow State University (ISAA-MGU).

Kemudian, Diplomatic Academy of the Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation, St. Petersburg State University, dan Kazan Federal University. Di sejumlah perguruan tinggi tersebut diajarkan Bahasa Indonesia.

Salah satu peserta lomba pidato, Anastasia Sycheva menyampaikan tentang peran penting hubungan Indonesia dengan Rusia sejauh ini. Terutama mengenai peningkatan kerja sama bidang budaya dan pendidikan.

Anastasia sendiri merupakan mahasiswi semester 4 yang mendalami Bahasa Indonesia di kampusnya.

"Kerja sama di bidang budaya dan pendidikan dapat menarik perhatian dan motivasi lebih banyak orang Indonesia dan Rusia dari berbagai lapisan masyarakat kedua negara untuk memperkuat kerja sama bilateral lainnya," kata Anastasia mengutip Antara, Rabu (28/10).

Ada pula kelompok pemuda Rusia lainnya yang memberikan pesan dan kesan terkait Hari Sumpah Pemuda. Mereka memakai batik dengan motif khas Indonesia.

Di sela-sela latihan gamelan di KBRI Moskow, mereka menyampaikan Selamat Hari Sumpah Pemuda kepada Indonesia.

Anggota Gamelan Dadali di KBRI Moskow, Alesandra mengaku senang mempelajari Bahasa Indonesia karena dapat memahami budaya setempat.

Aleksandra adalah mahasiswi semeter empat di Institute of Oriental Studies.

Wakil Duta Besar RI untuk Rusia merangkap Belarus, Azis Nurwahyudi mengatakan bahwa peran pemuda sangat penting dalam hubungan Indonesia dan Rusia.

Dia menyampaikan perhatian generasi muda Rusia terhadap Indonesia begitu besar. Tidak sedikit pemuda Rusia yang ingin mengetahui banyak tentang Indonesia.

"Salah satu contohnya adalah keikutsertaan para pemuda Rusia pada lomba pidato dan menulis Bahasa Indonesia. Selain itu, para pemuda Rusia juga datang ke KBRI Moskow untuk belajar Bahasa Indonesia, gamelan, dan tarian Indonesia," kata Azis Nurwahyudi.

Sumber:CNN Indonesia

Demo Menolak UU Ciptaker Terbangkan Spanduk Pakai Balon, Isinya: Jokowi-Amin Gagal
Wednesday, October 28, 2020

On Wednesday, October 28, 2020

 

HIMA Persis menggelar demonstrasi menolak UU Ciptaker di area Patung Kuda, Jakarta Pusat, Rabu (28/10). Foto: Aristo Setiawan/JPNN.com

INFONUSANTARA.NETPuluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA Persis), menggelar demonstrasi menolak UU Cipta Kerja (Ciptaker) di area Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Rabu (28/10).

Dalam aksinya, mahasiswa membawa balon udara yang di bawahnya tergantungkan sebuah spanduk.

Dalam spanduk tersebut, HIMA Persis menilai pemerintahan era Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin gagal selama memimpin Indonesia.

“Jokowi-Amin gagal,” tulis spanduk yang dikaitkan di balon udara yang dibawa HIMA Persis saat aksi.

HIMA Persis juga turut membawa spanduk yang berisikan tujuh tuntunan kepada pemerintah Jokowi-Maruf.

Dalam sebuah poin, organisasi tersebut meminta Jokowi mengaluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) yang bisa membatalkan UU Ciptaker.

“Keluarkan Perppu, cabut Omnibus Law (UU Ciptaker),” tulis tuntutan aksi HIMA Persis.

Dalam poin tuntutan berikutnya, HIMA Persis meminta Presiden Jokowi bisa menegakkan hukum dan tuntaskan kasus Hak Asasi Manusia (HAM).

Poin berikutnya, HIMA Persis meminta Presiden Jokowi bisa menyetop oligarki politik, menghentikan kapitalisasi sumber daya alam di Indonesia, dan menyelesaikan tindakan represif aparat.

Selain itu, HIMA Persis juga menuntut Presiden Jokowi menghapuskan kapitalisasi pendidikan dan mendesak pemerintah fokus menangani Covid-19.

“Kondisi buruh yang tertindas dan ekonomi yang sulit ialah buntut kerja pimpinan yang zalim dan gagal memimpin bangsa,” tegas seorang orator HIMA Persis di lokasi aksi. (jpnn/fajar)

Sumber: Fajar.co.id


 Ini Daftar Menteri Layak Copot, Menkes, Mendikbud hingga Menteri BUMN Ada dalam Daftar
Wednesday, October 28, 2020

On Wednesday, October 28, 2020

 

Para menteri di Kabinet Jokowi-- jpnn

INFONUSANTARA.NETWacana reshuffle atau perombakan dan bongkar pasang kabinet Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) kembali mencuat.

Hal itu seiring dengan berbagai penilain merah yang diberikan publik atas kinerja pada pembantu Jokowi di pemerintahan.

Terlebih, sejumlah menteri dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia ini dinilai gelagapan.

Bahkan, ada juga pihak yang menilai bahwa selama ini Jokowi terkesan bekerja sendirian saja.

Penilaian yang muncul di permukaan itu pun diamini pengamat politik Ujang Komarudin.

Menurutnya, sejumlah menteri memang layak untuk direshuffle oleh Presiden.

Para menteri yang layak dicopot itu, kata Ujang, adalah mereka yang kurang mumpuni di tengah pendemi Covid-19.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu dikutip PojokSatu.id dari JPNN.com, Rabu (28/10/2020).

“Jika ada reshuffle, bisa saja yang kena reshuffle Menkes, Menkumham, Menkop dan UKM,” ungkap Ujang.

Namun, menteri yang menurutnya layak direshuffle itu bukan saja empat menteri itu saja.

Menteri lain yang kemungkinan layak untuk direshuffle adalah menteri sosial, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Ujang bahkan juga menyebut bahwa Menteri BUMN dan menteri-menteri di bidang ekonomi juga mungkin saja layak direshuffle.

“Kenapa direshuffle? Saya kira karena ada yang kebijakannya kontroversial, main masing-masing dan kinerjanya tak apik,” terangnya.

Selain kinerja yang dinilai melempem, alasan lain adalah hasil survei yang dibeberkan oleh lembaganya.

“Survei IPR itu kinerjanya (para menteri) di bawah 50 persen (berdasarkan tingkat kepuasan publik). Jadi, seharusnya reshuffle itu ada,” pungkas Ujang. 

Sumber: Fajar.co.id