PILIHAN REDAKSI

Elly Thrisyanti Tegaskan Dirinya Siap Maju di Pilkada Kota Padang Jika Diamanahkan Partai Gerindra

Elly Thrisyanti,SE,Akt anggota DPRD Kota Padang Fraksi Partai Gerindra. Elly Thrisyanti Tegaskan Siap Maju di Pilkada Jika Diamanahkan Parta...

Budaya

Opini

Mentawai

Padang Panjang

Peristiwa

Pariwara

Sijunjung

Pilkada di Pandemi, Alirman Sori: Demokrasi Harus Memenuhi Nilai nilai Kemanusiaan
Wednesday, September 23, 2020

On Wednesday, September 23, 2020


Sesi diskusi tanya jawab Sosialisasi Empat Pilar (INF)
INFONUSANTARA.NET
Pandemi Covid-19, lebih berbahaya dari bertempur di medan perang. Kalau berperang menghadapi Covid-19 adalah berperang melawan musuh yang tidak nampak oleh mata.

Dan akibat Covid-19, keuangan negara mengalami turbulensi yang sangat luar biasa. Apalagi jelang pilkada serentak yang juga jadi ancaman munculnya klaster baru Covid-19. Masyarakat harus bersiaga penuh tidak boleh lengah. Kepada Gugus Tugas Penanganan diminta untuk tangani secara serius zona - zona merah.Dan hal ini juga tidak terlepas dari kesadaran dari masyarakat itu sendiri

Selain itu juga diprediksi akan muncul klaster baru Pilkada 9 Desember nanti .Dengan tetap dilaksanakan pilkada serentak dengan pertimbangan tidak tentu kapan akan berakhir nya  Pandemi Covid-19 yang beresiko
terjadi korban masyarakat banyak, jelas bertentangan dengan sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengabaikan aspek Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

'Aspek kemanusiaan harus jadi perhatian pihak penyelenggara. Jangan sampai pilkada bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang tanpa mempertimbangkan aspek kemanusiaan. Karena, demokrasi harus memenuhi nilai-nilai keadilan dan nilai nilai kemanusiaan," sebut Anggota DPD RI Dapil Sumbar, Alirman Sori, SH, M.Hum, MM, dalam paparannya pada acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika), Rabu 23 September 2020 di Aula Kantor LKKS Sumbar.

Ditambahkan Alirman Sori, masyarakat agar tetap menerapkan nikai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari segala marabahaya. Dia menegaskan Pancasila itu sederhana saja 'Lamak Dek Awak Katuju Dek Urang' ( enak sama kita disukai oleh orang lain,red).

Terkait dengan empat pilar, yaitu Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR RI , NKRI sebagai bentuk negara dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara, sangat diperlukan untuk memperkokoh berdiri tegaknya republik ini.

Kondisi lain,negara ini adalah kondisi ekonomi yang saat ini masuk dalam kondisi resesi. Perlu kiranya sedari kini merubah cara berfikir dalam memenuhi
kebutuhan pokok sehari dari masyarakat yang konsumtif jadi masyarakat produktif.

Perlu  penanganan secara khusus keuangan negara ditengah kondisi pandemi saat ini dan bisa dikatakan sampai akhir tahun belum bisa dikatakan pandemi Covid-19 ini berakhir. Pasalnya APBN kita saat ini diketahui Pendapatan sebesar Rp.1,700 Triliun sementara Belanja Negara dan Biaya Negara capai 2,700 Triliun. Jadi bisa dikatakan kondisi keuangan dalam kondisi oleng, devisit," ujarnya.

"Melihat kondisi saat ini, Alirman Sori menegaskan untuk menolak dilakukan nya pilkada serentak 2020 ini, dengan menimbang keselamatan masyarakat banyak. Mana yang lebih berharga menunda Pilkada demi menyelamatkan banyak orang atau tetap melaksanakan berisiko mengorbankan banyak masyarakat Indonesia, "tegasnya.

Terkait Pilkada pro dan kontra, 
Kalau ingin masyarakat kita aman,dan kalau ditanya kepada seratus lebih anggota DPD RI, saya yakin anggota di DPD setuju ditunda saja Pilkada serentak 2020.

Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar dengan Anggota MPR RI ini adalah untuk yang kedua kali nya bekerja sama dengan PWI Sumbar dengan peserta wartawan -wartawan media cetak dan elektronik serta tokoh - tokoh wartawan senior Sumatera Barat. Acara dibuka oleh Ketua PWI Sumbar Heranof Firdaus.

INFO NUSANTARA PERSADA

KPU Tetapkan Empat Pasangan Kepala Daerah di Pilgub Sumbar
Wednesday, September 23, 2020

On Wednesday, September 23, 2020

Ilustrasi (istimewa)
INFONUSANTARA.NET
Komisi Pemilihan Umum Sumatera Barat (Sumbar) menetapkan empat Pasangan Calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Rabu (23/9). Penetapan keempat Paslon dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Pleno yang digelar KPU Sumbar di Aula gedung tersebut.

Ketua KPU Sumbar Amnasmen mengatakan, penetapan paslon dilakukan secara internal KPU. Adapun keputusan penetapan itu dituangkan dalam Surat Keputusan nomor 51/PL.01.2-BA/13/KPU-Prov/IX/2020.

Dia memperkirakan ada kekecawaan dari masyarakat dan para pendukung paslon karena hanya dilakukan secara internal. Namun, langkah ini diambil sesuai PKPU Nomor 6 tahun 2020 jo PKPU Nomor 10 tahun 2020 yang mengharuskan tahapan Pilkada mengikuti protokol kesehatan Covid-19.

“Ini sesuai aturan PKPU, jadi memang harus diikuti agar meminalisir potensi-potensi penyebaran virus Covid-19. Dengan demikian, kita hanya melakukan rapat pleno secara internal,” kata Amnasmen.

Selanjutnya, KPU akan melakukan pencabutan nomor urut pasangan calon pada Kamis (24/9). Tahapan ini juga dilakukan secara terbatas dan disiarkan melalui televisi serta sosial media secara langsung.

“Besok (Kamis) kita akan lakukan pencabutan nomor urut calon. Atas alasan protokol kesehatan, tahapan ini dilakukan secara terbatas. Nah untuk masyarakat yang ingin melihat dapat menyaksikan secara langsung melalui televisi, dan Facebook KPU Sumbar,” jelas Amnasmen.

Adapun yang ditetapkan KPU Sumbar untuk Pilgub Sumbar 2020 diantaranya, paslon Fakhrizal-Genius Umar (PKB-NasDem-Golkar), Mahyeldi Ansarullah-Audy Joinaldy (PKS-PPP), Mulyadi-Ali Mukhni (Demokrat-PAN), dan Nasrul Abit-Indra Catri (Gerindra).

Hal senada juga dikatakan Divisi Tehnis Penyelenggaraan Pemilu Izwaryani, dimana dari sejak awal tahapan, sampai dengan hari-H, dan pasca pemilihan harus mengikuti standar protokol kesehatan.

“Semua tahapan harus ikut protokol kesehatan sesuai peraturan KPU no.6/2020 Jo Peraturan KPU no 10/2020, juga hasil keputusan bersama Mendagri, DPR-RI, KPU-RI dan Bawaslu RI, maka tidak ada celah untuk tidak mengikuti aturan tersebut,” terang Izwaryani.

Ditambahkan Divisi Perencanaan, Data dan Informasi KPU Sumbar Nova Indra, pada dasarnya semua daerah baik Provinsi, kabupaten dan kota sudah selesai melakukan pleno tertutup penetapan pada hari yang sama, dan tidak ada kendala berarti.

“Semua KPU se-Sumbar yang mengadakan pemilihan kepala daerah, saat ini sudah melakukan pleno tertutup dan tidak ada kendala berarti, dan tidak ada satu pasang calon yang teranulir, karena secara administrasi dan lainnya dinyatakan tidak bermasalah,” tutur Nova Indra.

Ia juga mengatakan, kalaupun sempat ditunda pleno KPU beberapa saat, lain tidak untuk memastikan keabsahan semua dokumen, tidak terkecuali pemeriksaan kesehatan yang dikeluarkan IDI.

Pleno penetapan calon gubernur Sumatera Barat mendapat pengawalan ketat dari aparat Kepolisian sektor kota Padang, karena tidak mau ada gangguan yang mengakibatkan gejolak dikemudian hari.

Kabag Ops Kompol Alwi Askar didampingi Kasat Intel Kompol John Hendri, mewakili Kapolresta Padang mengatakan, pengamanan dilakukan sesuai standar pilkada, baik pada tahap penetapan calon maupun penetapan nomor urut, agar tidak ada kendala dalam prosesnya.

Pengamanan diturunkan sekitar 200 personil, baik dari Sabhara, Lantas, Serse, maupun Intel, dengan tidak mengabaikan protokol kesehatan, pakai masker, jaga jarak, dan menjaga kebersihan.

Dalam penetapan itu, sekitar 200 personel dari kepolisian diturunkan untuk mengamankan penetapan paslon tersebut. Tahapan penetapan paslon tersebut dihadiri oleh seluruh Komisioner KPU Sumbar, Izwaryani, Gebril Daulai, Nova Indra, dan Yanuk Sri Mulyani.

INFO NUSANTARA PERSADA

Ada yang Memainkan Isu,Andre Rosiade Memastikan Ijazah Nasrul Abit Tak Ada Masalah
Wednesday, September 23, 2020

On Wednesday, September 23, 2020

Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar
Andre Rosiade (istimewa)
INFONUSANTARA.NET
Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar Andre Rosiade merasa aneh dengan adanya pihak-pihak yang mempertanyakan ijazah bakal calon Gubernur Sumbar Nasrul Abit (NA). Apalagi, isu kerap dipakai setiap gelaran Pilkada yang diikuti oleh calon Wakil Bupati Pessel tahun 2005.

“Kami telah memastikan ijazah pak Nasrul Abit tidak ada masalah. Pak NA tidak menggunakan Ijazah Palsu. Terlihat ada yang panik dan ingin menggoreng kembali kasus ini. Mungkin karena jagoannya tidak berkembang dan hampir kalah, ”kata anggota DPR RI Dapil Sumbar 1 ini, Selasa (22/9).

Pernyataan Andre ini melihat masih upaya upaya-upaya mendiskreditkan NA dengan masalah ijazahnya. Padahal, sudah terbukti dan sah, ijah itu asli. “Kami tidak ingin menambah dan memperkirakan ada apa ini. Karena akan fokus dalam memenangkan pasangan Nasrul Abit-Indra Catri (NA-IC) yang tinggal selangkah lagi memenangi Pilgub Sumbar 2020, ”kata anggota Dewan Pembina Partai Gerindra ini.

Seperti diketahui, Senin (21/9), ada sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam aliansi pemuda peduli demokrasi mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Barat. Mereka menuntut KPU dan Bawaslu mengusut tuntas dugaan kejanggalan persyaratan Bacalon berupa persyaratan ijazah SKCK dan lainnya, tidak terjadi fitnah.

Andre menyebut, soal ijazah Nasrul Abit bahkan sudah mendapat Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dari Bareskrim Polri Direktorat Tindak Pidana Umum. Surat Perintah Penghentian Penyidikan Nomor: SPPP / 37a / X / 2017 / Dit Tipidum ditandatangani Direktur Tindak Pidana Umum Mabes Polri Brigjen Herry Rudolf 6 Oktober 2017.

Juga ada surat Penetapan Perdata di Pengadilan Negeri Painan, Pessel, 7 Januari 2013. Isinya yang mengabulkan permohonan, menyatakan bahwa identitas pemohon Nasrul Abit lahir 24 Desember 1954 adalah anak kandung dari Abit dan Syamsinar.

Menyatakan bahwa identitas orang tua (bapak) pemohon yang tertera pada ijazah / STTB Sekolah Teknik (ST) dan Sekolah Teknik Menengah (STM) yang tertera bernama Ali Umar diganti dengan nama Abit yang tertera di Ijazah / STTB SD tersebut. Ditetapkan hakim Ahmad Sumardi.

“Semua sudah terang dan jelas kalau pak NA tidak memalsukan ijazah. Apalagi beliau pernah jadi PNS, wakil bupati, bupati Pessel dua periode dan satu periode wakil gubernur. Kenapa tiba-tiba saja memiliki ijazah palsu. Tentu ini ada yang memainkan, ”katanya.

Tim Kode Etik Gerindra Sumbar Sam Salam mengaku heran dengan kepemimpinan di Sumbar. “Masih sih tak punya data keputusan, bahwa NA sudah berulang-ulang bahwa ijasahnya tidak palsu. Alasan menerima semua aspirasi kecurigaan pendemo adalah tindakan yang tak profesional. Seharusnya langsung dicounter segera bahwa tidak ada yang palsu. Ini dibiarkan berlama lama menjawabnya, ”katanya.

Terpisah, Nasrul Abit mengatakan bahwa ia tidak memakai ijazah palsu. Semua ijazah mulai SD hingga perguruan tinggi adalah dokumen asli dan didapatkan melalui sekolah dan kuliah yang sah secara hukum.

Ia mengungkapkan, tudingan ini juga telah disampaikan pada pilkada sebelumnya dan telah selesai di KPU maupun secara hukum. “Saya memperkirakan hal ini kembali di“ goreng ”untuk kepentingan pilkada saat ini. Semoga oknum-oknum yang diduga mengunakan cara tidak baik dalam pilkada ini, diampuni dosanya dan dituntun ke jalan yang benar, ”harap Nasrul.

Ia mengimbau kepada masyarakat, relawan dan simpatisan serta media dapat menyampaikan informasi yang benar. “Proses demokrasi yang baik di pilkada Sumbar ini merupakan tanggung jawab kita bersama,” tandas Nasrul.
Sumber:posmetropadang.co.id

INFO NUSANTARA PERSADA

Diduga Sudah Keluar Banyak Uang, Pengamat Sebut Cukong Bagian Pendesak Pilkada Jalan Terus
Wednesday, September 23, 2020

On Wednesday, September 23, 2020

Ilustrasi (istimewa)

INFONUSANTARA.NET
Gelagat pemerintah dan DPR yang ngotot melanjutkan Pilkada 2020 di tengah pandemi virus corona (Covid-19) dinilai berkaitan dengan kehendak para cukong atau pemilik modal yang mengongkosi para pasangan calon.

Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud MD juga pernah mengatakan tidak sedikit peserta pilkada yang dimodali oleh cukong.


Pemerhati politik dari Universitas al-Azhar, Ujang Komaruddin menduga pemerintah dan DPR ingin melanjutkan pilkada karena ada tiga kekuatan yang mendesak, yakni partai politik, cukong dan pasangan calon.


"Ini sebenarnya tiga faktor pendesak Jokowi yang membuat pilkada dilanjutkan," imbuhnya dilansir dari CNNIndonesia.com, Selasa (22/9).


Partai politik mendesak pilkada dilanjutkan karena memang berhasrat mendapat kekuasaan di pemerintah daerah. Begitu pun pasangan calon, yang sudah bertekad untuk segera memimpin pemerintah daerah.


Satu pihak lagi, kata Ujang, yakni pengusaha atau cukong yang berada di balik partai politik dan para pasangan calon. Menurutnya, para pengusaha sudah keluar banyak uang untuk memodali pasangan calon yang didukungnya.


Jika pilkada ditunda, maka harus ada pengeluaran baru. Hal itu tidak dikehendaki pengusaha atau cukong.


"Kita tahu pilkada seperti yang banyak dikatakan oleh orang, oleh Mahfud MD, bahwa para cukong itu kan bermain. Para pengusaha bermain, itu kan sudah banyak keluar uang. Kalau diundur maka akan semakin banyak keluar uang lagi. Kalau Desember kan putus sampai Desember. Jadi desakan pengusaha juga," kata dia.


Pada 11 September lalu, dalam sebuah diskusi yang digelar Fakultas Hukum Universitas Andalas, Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan bahwa mayoritas calon kepala daerah didukung cukong sejak mekanisme pilkada dipilih langsung oleh masyarakat.Tak main-main, dia menyebut 92 persen peserta pilkada didukung cukong.


"Di mana-mana, calon-calon itu 92 persen dibiayai oleh cukong dan sesudah terpilih, itu melahirkan korupsi kebijakan," kata Mahfud dalam diskusi yang disiarkan akun Youtube resmi Pusako FH Unand, pada 11 September lalu.


Mahfud tak menyebut para calon yang dibiayai para cukong ini juga ada di Pilkada Serentak 2020 yang telah memulai masa tahapan. Dia hanya mengatakan kerja sama antara calon kepala daerah dengan para cukong ini sudah pasti terjadi.


Hubungan timbal balik ini biasanya berupa kebijakan yang diberikan para calon kepala daerah yang telah resmi terpilih kepada para cukong tersebut. Apa yang terjadi kemudian, kata Mahfud, dampak kerja sama dengan para cukong ini lebih berbahaya dari korupsi uang.


Keterlibatan cukong dalam pilkada ini juga diungkap oleh salah satu Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron. Dalam kajian yang pernah dilakukan KPK, sebanyak 82 persen calon Kepala Daerah didanai oleh sponsor.


Akibatnya, tak sedikit calon kepala daerah yang memudahkan para pengusaha mendapat izin ketika sudah memenangkan pilkada.


Lewat DPRD


Pemerhati politik dari Universitas Paramadina, Hendri Budi Satrio melemparkan opsi agar pelaksanaan pilkada dapat dilakukan lewat DPRD. Kendati tak dapat memuaskan semua pihak, namun menurut Hendri, opsi tersebut dapat menjadi alternatif agar sejumlah aspek lain terpenuhi.


Misalnya, terkait gelaran kampanye yang setidaknya bisa dihilangkan. Pemilihan lewat DPRD dengan demikian dapat meminimalisasi kerumunan massa yang berpotensi muncul lewat gelaran-gelaran kampanye para calon peserta pilkada.

Sebab, para bakal pasangan calon hanya cukup menyampaikan visi misi di hadapan anggota dewan tanpa perlu menarik perhatian masyarakat di ruang publik. Keuntungan lain yang didapat lewat pemilihan lewat DPRD adalah meminimalisasi jatuhnya nyawa akibat pandemi yang berpotensi terus meluas.


"Apakah ini kembali orba? Bukan masalah orde baru atau tidak, karena ini kondisinya pandemi Covid. Nyawa masyarakat lebih penting. Kesehatan masyarakat lebih penting," kata dia.


Namun, untuk mengambil opsi ini, Presiden kata Hendri terlebih dulu harus menggelar forum dialog negara dengan sejumlah pimpinan lembaga tinggi negara lain, seperti MPR, DPR, KPU, maupun Bawaslu. Presiden nantinya juga perlu mengeluarkan produk hukum baru berupa Peraturan Pengganti Undang-undang (Perppu).


Andri menilai opsi pemilihan lewat DPRD boleh jadi perlu dipikirkan pemerintah sebagai alternatif di tengah desakan masyarakat yang meminta pilkada ditunda karena alasan kesehatan. Pasalnya, baik urusan kesehatan maupun peralihan kepala daerah, keduanya merupakan amanat UU.


Di satu sisi, Andri mengamini alasan pemerintah bawah penundaan pilkada juga dapat memunculkan masalah baru. Sebab, hingga saat ini, tak ada yang bisa memastikan kapan pandemi bakal berakhir.


Namun, jika toh pemerintah harus mengikuti keinginan masyarakat dengan menunda pilkada, Perppu harus dikeluarkan pemerintah. Perppu tersebut nantinya berisi dua opsi ketetapan, perpanjangan kepala daerah atau penunjukan plt.


"Tapi masalahnya mau berapa lama ini plt, kan kita nggak tahu ditunda sampe berapa lama nanti. Kan kita nggak tahu kapan selesainya ini pandemi. Biasanya kalau ditunda atau diperpanjang kita paham, diperpanjang dua bulan, tiga bulan. Ini kan kita nggak ketahuan," katanya.

Sumber:CNNIndonesia

INFO NUSANTARA PERSADA

Nasrul Abit: Doakan Oknum oknum yang Memfinahnya Dituntun Kejalan yang Benar
Wednesday, September 23, 2020

On Wednesday, September 23, 2020


Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit
Bakal Calon Gubernur Sumbar Pilgub 2020 (istimewa)
INFONUSANTARA.NET
Tudingan terhadap bakal calon (Balon) Gubernur Sumbar Nasrul Abit yang menyebutkan dirinya gunakan ijazah palsu dalam pencalonan di Pilgub Pilkada Sumbar 2020 dibalasnya dengan ucapan doa.

“Semoga oknum-oknum yang diduga menggunakan cara yang tidak baik dalam Pilkada ini, diampuni dosanya dan dituntun ke jalan yang benar. Aamiin,” tulis Nasrul Abit di Instagram resminya @nasrulabit, Selasa (22/9).

Kemudian Nasrul Abit yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumbar ini, membantah mengggunakan ijazah palsu.

“Saya tidak memakai ijazah palsu. Semua ijazah mulai dari SD s/d PerguruanTinggi adalah dokumen asli. didapat melalui sekolah dan kuliah yang sah secara hukum,” tegasnya.

Dilanjutkan Cagub dari Partai Gerindra (Pemenangan Pemilu 2019 Sumbar), tudingan ini juga telah disampaikan pada Pilkada sebelumnya dan telah selesai di KPU maupun secara hukum.

“Saya menduga, hal ini kembali di ‘goreng’ untuk kepentingan Pilkada saat ini,” ujarnya.

Mantan Bupati Pessel dua periode ini juga mengimbau kepada masyarakat , relawan, simpatisan serta media untuk menyampaikan informasi yang benar.

“Proses demokrasi yang baik di Pilkada Sumatera Barat ini merupakan tanggung jawab kita bersama,” pungkasnya.(Inf*)

INFO NUSANTARA PERSADA

KAMI Kritik Pemerintah, PA 212 Serukan Boikot Pilkada 'Maut'
Tuesday, September 22, 2020

On Tuesday, September 22, 2020

Ilustrasi (istimewa)
INFONUSANTARA.NET
Pemerintah dan DPR disebut keras kepala karena tetap menggelar Pilkada 2020 di tengah pandemi Covid-19. Warga pun disarankan tak ikut tahapan pesta demokrasi.

Hal itu terungkap dalam pernyataan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dan PA 212.

Sebelumnya, Komisi II DPR dan Pemerintah sepakat tetap menggelar Pilkada 2020 pada 9 Desember. Padahal, masyarakat sipil, termasuk PBNU, Muhammadiyah, dan LSM, mendesak penundaannya karena pandemi Covid-19 dan riwayat pelanggaran protokol kesehatan lewat arak-arakan massa para kandidat.

DPR dan Pemerintah pun memilih merevisi Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2020 tentang pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 di tengah pandemi dibandingkan meminta Jokowi menerbitkan perppu.

"Sikap 'keras kepala' Pemerintah dan DPR tersebut jelas menunjukkan pengabaian dan pengingkaran terhadap aspirasi rakyat. Pada saat yg sama sikap demikian dapat dipandang sebagai bentuk pengkhianatan terhadap aspirasi dan amanat rakyat," cetus Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Din Syamsuddin, dalam keterangannya, Selasa (22/9).

"Mereka (masyarakat sipil) semata-mata ingin menyelamatkan rakyat dari wabah dan marabahaya. Namun sayang suara moral dan kemanusiaan tersebut diabaikan dan tidak didengar oleh Pemerintah dan DPR," lanjutnya.

Bagi Din, keputusan tersebut juga bertentangan dengan peraturan yang dibuat pemerintah sendiri, yakni Perppu Nomor 2 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga UU 1 Tahun 2015 tentang Pilkada Serentak.

Dalam Pasal 201A, Ayat 3 Perppu tersebut, Din menyebutkan, Pilkada serentak dapat ditunda karena musibah nasional Pandemi Covid-19.

"Hal ini mengandung arti bahwa Pemerintah melanggar Peraturan Perundang-Undangan yang ada," ujar Din, "Sungguh menunjukkan apa yang disebut dengan Kediktatoran Konstitusional."

Sementara, Front Pembela Islam (FPI), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, dan Persaudaraan Alumni 212 menyerukan aksi boikot atau menolak terlibat dalam pelaksanaan Pilkada serentak 2020.

"Menyerukan kepada segenap pengurus, simpatisan pada khususnya dan seluruh umat Islam Indonesia pada umumnya untuk tidak terlibat dalam seluruh rangkaian atau proses pilkada maut 2020," demikian bunyi petikan dalam rilis yang diterima dilansir dari CNNIndonesia.com, Selasa (22/9).

Rilis tersebut ditandatangani Imam Besar FPI, Rizieq Shihab; Ketua GNPF-U, Yusuf Martak; dan Ketua PA 212, Slamet Ma'arif dikeluarkan pada Selasa (22/9).

"Menyerukan untuk dilakukan penundaan dan menghentikan seluruh rangkaian/tahapan proses Pilkada Maut 2020 yang telah terbukti menjadi sebab mobilisasi massa dan menjadi klaster penyebaran Covid-19," lanjut pernyataan itu.

Perppu Jokowi

Terpisah, Ketua Tim Covid-19 Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di DPR Netty Prasetiyani mendesak Presiden Joko Widodo menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) baru untuk penyelenggaraan Pilkada 2020.

"Jika pilkada tidak bisa ditunda, maka penerbitan perppu pilkada di masa pandemi sangat mendesak. Peraturan yang ada tidak mencukupi untuk memastikan gelaran pilkada menjamin keselamatan rakyat. Kita tidak ingin pilkada jadi horor," kata dia.

Dia menyatakan, pemerintah harus menjadikan insiden yang terjadi dalam proses pendaftaran pasangan calon Pilkada 2020, 4 hingga 6 September, sebagai pelajaran penting.

Pasalnya, lanjutnya, kegiatan tersebut banyak melanggar protokol kesehatan dan menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.

"Kerumunan massa, berdesakan, tidak menggunakan masker, dan pelanggaran protokol kesehatan lainnya saat pendaftaran paslon menunjukkan bahwa kita tidak bisa menertibkan massa tanpa payung hukum yang kuat. Bahkan, sejumlah calon kepala daerah positif Covid-19," ujarnya.

"Harus ada perppu yang tegas mengatur pelaksanaan pilkada. Buat sanksi pembubaran kegiatan bahkan diskualifikasi bagi paslon yang melanggar," lanjutnya.

Meski begitu, Netty meminta Pemerintah juga memastikan Perppu itu nantinya bukan sekadar ada, tapi juga bisa diterapkan.

"Perppu ini tidak boleh menjadi macan ompong, dibuat untuk tidak dipatuhi, atau dibuat tapi ada dispensasi. Jika pemerintah tidak siap menjamin pilkada aman, lebih baik pilkada ditunda, karena keselamatan rakyat lebih penting dari segalanya," tutur Netty.

Menko Polhukam Mahfud MD sendiri menyebut pihaknya tetap melanjutkan tahapan Pilkada 2020 karena pertimbangan potensi kekosongan jabatan kepala daerah definitif jika pilkada ditunda.

Pasalnya, daerah yang dipimpin pelaksana tugas (Plt) kurang menguntungkan dalam pengambilan keputusan strategis terutama di masa pandemi Covid-19.
Sumber: CNN Indonesia

INFO NUSANTARA PERSADA

Update Akumulasi Positif 252.923, Sumbar Masuk Daftar dari 38 Daerah Menjadi Zona Merah
Tuesday, September 22, 2020

On Tuesday, September 22, 2020

Ilustrasi (istimewa)
INFONUSANTARA.NET
Satuan Tugas Penanganan (Satgas) Covid-19 mencatat ada 38 daerah kabupaten kota di Indonesia berpindah dari zona risiko sedang (zona oranye) menjadi zona risiko tinggi (zona merah).

Perubahan ini berdasarkan laporan mingguan Satgas per 20 September.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, dari 38 daerah tersebut, ada 10 kabupaten kota yang sebenarnya bisa diturunkan menjadi zona oranye karena angka mendekati zona oranye. 

Kota-kota itu yakni Kota Tangerang, Kota Probolinggo, Kota Pekalongan, Kota Cirebon, Jakarta Selatan, Kutai Kertanegara, Lahat, Aceh Selatan, Kotabaru, dan Kota Waringin Timur.

"Kami berharap agar 10 kabupaten kota ini bisa berubah minggu depan menjadi zona oranye," ujar Wiku dalam Konferensi Pers di Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (22/9).

Sementara itu, total zona merah pekan ini sebanyak 51 kabupaten kota karena ada sekitar 28 daerah yang turun ke dari status zona merah.

Sedangkan, zona oranye sebanyak 304 kabupaten kota, zona kuning 129 kabupaten kota, dan zona hijau terdiri dari daerah tidak terdampak dan tidak ada kasus baru berjumlah 41 kabupaten kota.

Wiku mengatakan, daerah zona kuning perlu perbaikan penanganan kasus yang serius supaya bisa berubah ke zona hijau.

"Mohon daerah zona kuning ini betul-betul meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta tracing-treatment dengan bagus, harapannya adalah seminggu kemudian daerah-daerah ini bisa berubah menjadi hijau," ujarnya dilansir CNN Indonesia

Berikut daftar 38 daerah zona oranye berpindah ke zona merah:

Aceh
1. Aceh Selatan
2. Simeulue
3. Kota Banda Aceh

Sumatera Utara
1. Langkat
2. Kota Binjai
3. Kota Tebing Tinggi

Sumatera Barat
1. Pesisir Selatan
2. Agam
3. Kota Padang
4. Kota Bukittingi

Riau
1. Pelalawan
2. Kota Dumai

Sumatera Selatan
1. Lahat

DKI Jakarta
1. Jakarta Selatan

Jawa Barat
1. Karawang
2. Kota Cirebon
3. Kota Bekasi

Jawa Timur
1. Probolinggo
2. Mojokerto
3. Kota Probolinggo
4. Kota Batu

Banten
1. Tangerang
2. Kota Cilegon
3. Kota Tangerang Selatan
4. Kota Tangerang

Bali
1. Tabanan

Kalimantan Selatan
1. Balangan

Kalimantan Timur
1. Kutai Kartanegara

Sulawesi Selatan
1. Kepulauan Selayar

Gorontalo
1. Bone Bolango

Papua
1. Mimika
2. Kota Jayapura

Papua Barat
1. Maokwari
2. Teluk Bintuni
3. Kota Sorong

Secara nasional, akumulasi kasus positif berjumlah 252.923, sebanyak 184.298 sembuh, kasus kematian berjumlah 9.837, dan 58.788 kasus aktif yang masih membutuhkan perawatan.

INFO NUSANTARA PERSADA

Mendagri Larang Pengumpulan Massa Saat Hari Penetapan Paslon dan Pengambilan Nomor Urut
Tuesday, September 22, 2020

On Tuesday, September 22, 2020

Mendagri Tito Karnavian (istimewa)
INFONUSANTARA.NET
Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mengatakan, pihaknya akan mengantisipasi terjadinya kerumunan pada tahapan Pilkada 2020.

Dia meminta peserta mematuhi protokol kesehatan untuk tidak membawa massa saat hari penetapan cakada dan pengambilan nomor urut.

"Kita mengantisipasi tahapan yang rawan kerumunan sosial yang bisa menjadi media penularan Covid-19, tanggal 23 besok itu adalah hari penetapan pasangan calon yang lolos atau tidak lolos oleh KPUD. Kemudian tanggal 24 (Kamis) pengambilan nomor urut undian pasangan calon," katanya dalam Rakor Kesiapsiagaan Penyelenggaraan Pilkada 2020 secara virtual, Selasa (22/9).

Dia menerangkan, KPU sudah menyampaikan pada penetapan pasangan calon pasangan Rabu (23/9) besok tidak ada undangan untuk pasangan calon atau tim suksesnya. Pengumuman akan disampaikan melalui daring atau ditempel di kantor KPUD setempat.

"Siapa yang lolos dan siapa yang tidak lolos sesuai dengan aturan yang ada dan diumumkan melalui website atau memasang di papan pengumuman kantor KPUD masing-masing," ujarnya.

Tito meminta kepada paslon tidak melakukan perayaan yang menimbulkan kerumunan bila lolos pada penetapan nanti. Bagi yang tidak lolos juga tidak melakukan hal anarkis dan dipersilakan menggugat ke Bawaslu.

"Kerawanannya adalah bagi yang lolos mungkin akan euforia, muter-muter, konvoi, arak-arakan, tidak boleh sampai terjadi. Kemudian bagi yang tidak lolos mungkin kecewa, marah, tidak boleh terjadi pengumpulan massa aksi anarkis apalagi merusak kantor KPU dan lain-lain," tuturnya.

Mantan Kapolri itu berharap Pilkada 2020 bisa berjalan dengan lancar, selamat dan aman Covid-19. Serta, tidak terjadi aksi anarkis kekerasan.

"Kita doakan bersama semua bisa aman, lancar, selamat, aman Covid-19, tidak terjadi aksi kekerasan anarkis dan pemilihan menghasilkan pemimpin yang betul-betul kuat dan mendapat dukungan rakyat dalam rangka penanganan Covid-19 dan dampak sosial ekonominya sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di daerah masing-masing," tandasnya.
Sumber: Merdeka.com

INFO NUSANTARA PERSADA

971 Jiwa Terdampak,Tim Tanggap Darurat ACT Siaga di Lokasi Bencana Sukabumi
Tuesday, September 22, 2020

On Tuesday, September 22, 2020

Kondisi bencana di Sukabumi (dok:Act)
INFONUSANTARA.NET
Banjir bandang yang membawa berbagai material mulai dari lumpur hingga kayu gelondongan terjadi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Senin (21/9). Air banjir berasal dari Sungai Cibuntu yang meluap setelah tak mampu menampung debit air yang mendadak tinggi dan dipenuhi dengan material.

Akibatnya, permukiman warga mengalami kerusakan dan dilaporkan ratusan jiwa harus mengungsi dan beberapa orang masih dinyatakan hilang.

Kepala Cabang Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sukabumi Mega Afdal Fathir yang berada di lokasi bencana pada Selasa (22/9) pagi ini mengatakan, hingga pagi, air sungai masih meluap ke permukiman warga walau debitnya tak sebesar kemarin. Hal ini terjadi karena kayu besar dan lumpur tersendat di bawah jembatan dan mengganggu aliran.

Warga dibantu dengan relawan gabungan termasuk Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Sukabumi saat ini sedang melakukan pembersihan permukiman warga dari material yang terbawa banjir serta melakukan pencarian korban yang masih hilang.

“Ada tiga orang yang masih dinyatakan hilang dan saat ini sedang dalam proses pencarian. ACT dan MRI telah menerjunkan tim untuk ikut proses evakuasi yang dilakukan pagi ini. Kami minta doanya semoga cuaca mendukung agar evakuasi berjalan dengan lancar,” ungkap Mega.

Hingga saat ini, terdata 97 rumah dan 971 jiwa terdampak bencana banjir bandang Sukabumi. Terdapat 20 orang mengalami luka-luka dan 3 orang hilang belum ditemukan. Korban yang hilang diperkirakan terseret arus banjir bandang karena tak sempat menyelamatkan diri. Sedangkan dari pantauan tim ACT di Cicurug, cuaca saat ini cenderung cerah berawan.

Mega menambahkan, korban jiwa yang selamat saat ini terpaksa mengungsi karena trauma bencana dan rumahnya terdampak banjir. Mereka untuk sementara tinggal di fasilitas umum, rumah warga serta kerabat yang lebih aman.

Berbagai keperluan pokok pun saat ini sangat mendesak untuk dipenuhi, apalagi para korban yang tak sempat menyelamatkan harta benda. “Kebutuhan yang paling mendesak untuk dipenuhi saat ini ialah pangan, alas tidur, selimut serta pakaian,” tambah Mega.

ACT sendiri, selain menerjunkan tim dan relawan yang tergabung dalam MRI Sukabumi, juga membuka kesempatan bagi masyarakat luas untuk membantu korban bencana, khususnya di Sukabumi saat ini.

Melalui laman Indonesia Dermawan, masyarakat bisa menyalurkan dana sedekahnya, sedangkan jika dalam bentuk barang bisa mengirimkan ke Kantor Cabang ACT terdekat.

Saat ini, selain di Sukabumi, berbagai ancaman bencana alam pun mengintai masyarakat. Senin malam pun, warga Jakarta terancam banjir karena meningginya permukaan air di Bendung Katulampa, Bogor. Banjir juga baru saja menerjang Kalimantan Tengah. Sedangkan, banjir bandang di Masamba, Luwu Utara hingga kini pun belum sepenuhnya pulih akibat besarnya dampak.
Di sisi lain, beberapa wilayah Indonesia masih mengalami kekeringan akibat intensitas hujan yang sangat rendah. Sebut saja wilayah Solo Raya serta Kabupaten Gunungkidul.

ACT pun merespons bencana ini dengan mengirimkan bantuan air bersih menggunakan Humanity Water Tank yang tersedia di Kantor Cabang ACT. https://padang.indonesiadermawan.id/BersamaAtasiBencana . #BersamaAtasiBencana.

INFO NUSANTARA PERSADA

Tak Tanggung-tanggung!Megawati dan Puan Jadi Jurkam Gibran di Pilwalkot Solo
Tuesday, September 22, 2020

On Tuesday, September 22, 2020

Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR Puan Maharani (istimewa)

INFONUSANTARA.NET
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bakal menghadirkan sederet tokoh besar sebagai juru kampanye Gibran Rakabuming Raka - Teguh Prakosa. Tak tanggung-tanggung, di antara nama juru kampanye tersebut ada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR Puan Maharani.

Ketua Tim Pemenangan Bakal Pasangan Calon Gibran - Teguh, Putut Gunawan mengatakan kehadiran Megawati diharapkan dapat mendongkrak perolehan suara bagi putra presiden Joko Widodo tersebut.

"Waktu (Kampanye), tergantung kelonggaran beliau," katanya, Selasa (22/9).

Selain Megawati dan Puan Maharani, lanjut Putut, ada sederet nama beken yang akan dihadirkan. Di antaranya Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto, Sekjen PDIP, Hasto Kristianto, dan Maruarar Sirait.

"Kita juga akan hadirkan semua anggota DPR RI maupun DPRD Jawa Tengah dari PDIP yang dapilnya meliputi Solo," katanya.

Tim Pemenangan, lanjutnya, telah menyusun daftar tokoh yang akan hadir sebagai juru kampanye Gibran-Teguh. Namun Putut tidak bisa memastikan jadwal kampanye tokoh-tokoh tersebut mengingat kesibukan mereka masing-masing."Apalagi ini untuk kampanye sudah mendesak," katanya.

Selain tokoh-tokoh dari PDIP, Putut mengatakan hampir semua tokoh dari PAN, Golkar, dan Gerindra yang ingin datang ke Solo untuk mensukseskan pasangan Gibran-Teguh. Hanya saja jadwal kedatangan mereka diserahkan kepada masing-masing partai.

"Nanti biar partai yang bersangkutan yang mengatur jadwalnya lalu kita cocokkan dengan jadwal kita," katanya.

Mengenai teknis kampanye, Putut mengatakan tidak akan menghadirkan massa untuk kampanye karena pembatasan dari KPU. Peserta kegiatan dibatasi maksimal 50 orang untuk mengurangi potensi penularan covid-19.

"Jadi nanti tidak kita umumkan ke publik. Yang hadir nanti terbatas dan fungsinya untuk meng-influence masyarakat agar memilih Gibran-Teguh," katanya dilansir dari CNN Indonesia

INFO NUSANTARA PERSADA

Update 22 September: 252.923 Positif, Di 9 Provinsi Angka Kematian Belum Menurun
Tuesday, September 22, 2020

On Tuesday, September 22, 2020

Ilustrasi (istimewa)
INFO NUSANTARA PERSADA
Jumlah kumulatif kasus positif virus corona (Covid-19) bertambah hari ini menjadi 252.923 orang. Jumlah itu bertambah 4.071 dari sehari sebelumnya.

Dari jumlah kumulatif positif itu, sebanyak 184.298 sembuh (bertambah 3.501) dan 9.837 meninggal (bertambah 160).

Berdasarkan data yang diterima dari Satgas Penanganan Covid-19, per hari ini ada 43.896 spesimen yang diperiksa dan 109.721 orang suspek. Sementara itu kasus Covid-19 masih sama dengan kemarin yakni telah terdeteksi di 494 kabupaten/kota di total 34 provinsi se-Indonesia.

Sementara itu, sehari sebelumnya, Senin (21/9), pasien positif Corona di Indonesia mencapai 248.852 orang. Kasus positif tersebut bertambah 4.176 orang dari hari sebelumnya. Dari jumlah akumulasi tersebut, sebanyak 180.797 orang dinyatakan telah sembuh dan 9.677 orang meninggal dunia.

Sebagai informasi, Kasus tambahan harian Covid-19 pecah rekor pada 21 September sebanyak 4.176 kasus. Rekor sebelumnya yakni pada 19 September sebanyak 4.168 kasus.

Sementara itu, hari ini adalah rekor baru tambahan kematian pasien Covid-19 yakni 160 jiwa. Sebelumnya, rekor tambahan kematian tertinggi di Indonesia ada pada 22 Juli 2020 yakni 139 kematian.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut B Panjaitan untuk menekan laju kasus Covid-19 dan angka kematian di sembilan provinsi.

Sembilan provinsi itu meliputi, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatarea Utara, Kalimantan Selatan, Bali, dan Papua. Namun, setelah hampir seminggu berlalu kasus di sembilan provinsi belum menurun. Hari ini, Selasa (22/9) menjadi sepekan awal untuk melihat pemenuhan target Luhut dan Doni yang dimandatkan Jokowi.

Berdasarkan penelusuran CNNIndonesia.com melalui data yang bersumber dari laporan harian Satgas Percepatan dan Penanganan Covid-19 dalam tiga pekan di September ini. Terlihat penambahan kasus nasional fluktuatif cenderung meningkat dalam sepekan kerja Luhut dan Doni.

Bila diperhatikan, penambahan kasus harian dalam sepekan ini berhasil menyentuh angka 4.000 kasus. dan pada Sabtu (19/9) lalu dengan tambahan 4.168 kasus baru. Sumbangan kasus positif Covid-19 kemarin, menjadikan rekor baru penambahan kasus di Indonesia.

Bahkan, saat ini jika diakumulasi jumlah penambahan kasus pada minggu ketiga September ini sudah mencapai 74.056 kasus. Lebih tinggi dari jumlah kumulatif penambahan kasus Covid-19 pada Agustus yang berjumlah 66.420 kasus

Itu berarti target dan harapan Jokowi belum tercapai, sebab angka penambahan kasus Covid-19 di Indonesia belum mengalami tren penurunan, dan bahkan terus meningkat.

Selain itu, dalam perkembangan penanggulangan Covid-19, pemerintah berencana membuat klasifikasi pelaporan kasus kematian pasien Covid-19. Klasifikasi itu terkait kematian karena Covid-19 atau kematian karena penyakit penyerta (komorbid).

Staf Ahli Menteri Kesehatan bidang Ekonomi Kesehatan, M Subuh, saat melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur, Kamis (17/9), mengatakan khusus poin penurunan angka kematianperlu ada intervensi soal definisi operasional kematian pasien Covid-19.

"Penurunan angka kematian harus kita intervensi dengan membuat definisi operasional dengan benar, meninggal karena Covid-19 atau karena adanya penyakit penyerta sesuai dengan panduan dari WHO, dan juga dukungan BPJS Kesehatan dalam pengajuan klaim biaya kematian pasien disertai Covid-19," kata dia seperti dikutip dari laman kemenkes.go.id, Senin (21/9).

Saat dikonfirmasi kembali oleh CNNIndonesia.com, Subuh menjelaskan bahwa selama ini pelaporan kasus kematian Covid-19 sudah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan tentang pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19.

Pada pedoman itu, ia menyebut semua kematian dengan positif Covid-19 harus dilaporkan dalam rangka surveilans penyakit.  Lalu, kata dia, pada 16 April 2020, WHO telah mengeluarkan International Guidelines For Certification And Classification (Coding) of Covid-9 As Cause of Death.

"Pedoman ini yang belum (kita) buat sehingga penyebab klinis kematian lebih mendekati fakta yang ada," kata dia melalui pesan singkat dilansir dari CNNIndonesia.com, Senin (21/9).

INFO NUSANTARA PERSADA

Jokowi dan Kegeraman NU-Muhammadiyah Soal Tunda Pilkada 2020
Tuesday, September 22, 2020

On Tuesday, September 22, 2020


Presiden Jokowi tetap bersikeras Pilkada serentak 2020 tak ditunda meskipun pandemi Covid-19 belum berakhir. (Lukas-Biro Pers)
INFONUSANTARA.NET
Pemerintah bersama DPR, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menyepakati Pilkada serentak 2020 tetap digelar 9 Desember mendatang.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga telah menegaskan pelaksanaan pilkada tak akan ditunda lantaran pemerintah tidak bisa memastikan kapan pandemi virus corona (Covid-19) akan berakhir.

Presiden Jokowi, lewat Juru Bicara Istana Fadjroel Rachman, menyatakan bahwa pemungutan suara pilkada di 270 daerah akan tetap dilaksanakan serentak pada 9 Desember 2020 mendatang.

"Pilkada 2020 tetap sesuai jadwal, 9 Desember 2020, demi menjaga hak konstitusi rakyat, hak dipilih dan hak memilih," kata Fadjroel, Senin (21/9).

Berbagai penolakan terkait penundaan pilkada yang datang dari masyarakat, partai politik, hingga ormas Islam seperti Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) dan PP Muhammadiyah cenderung diabaikan.

PBNU dan Muhammadiyah mengusulkan agar Pilkada serentak 2020 ditunda seiring pandemi covid-19 yang belum berakhir. Pasalnya, jumlah kasus positif covid-19 terus meningkat dan mencapai 248.852 per 21 September 2020. Angka ini diprediksi akan terus melonjak hingga akhir tahun.

Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menilai relasi Jokowi dengan PBNU dan Muhammadiyah, yang notabene ormas Islam terbesar di Indonesia, kemungkinan rusak ke depannya.

"Hubungan kedua ormas tersebut dengan pemerintah bisa saja akan kusut ke depan. Karena usulan kedua ormas tersebut tak didengar oleh Jokowi," kata Ujang dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (22/9).

Ujang mengatakan PBNU dan Muhammadiyah berbicara penundaan Pilkada 2020 atas nama umat agar masyarakat tak menjadi korban ganasnya virus corona saat penyelenggaraan kontestasi politik elektoral lima tahunan itu.

"Jika kedua ormas terbesar di Indonesia saja tidak didengar, apalagi suara rakyat. Saat ini apirasinya tak diindahkan. Jadi relasi kedua ormas dengan pemerintah bisa saja ke depan akan buruk," ujarnya.

Pengamat politik LIPI Wasisto Raharjo Jati menilai perbedaan pendapat soal penundaan pilkada tak akan berpengaruh pada hubungan kedua ormas dengan Jokowi. Wasisto menuturkan, desakan untuk menunda pilkada lebih kepada seruan moral bagi warga.

"Hubungan kedua ormas dan pemerintah dalam pilkada mungkin tidak akan terlalu berpengaruh signifikan, tidak memburuk. Cenderung landai karena ini kan semacam reminder saja untuk pemerintah," ujar Wasisto.

Renggang di Periode Kedua

Namun, Wasisto menyoroti hubungan Jokowi dengan ormas besar Islam tersebut yang cenderung renggang di periode kedua kepemimpinan ini. Menurutnya, masih ada segelintir individu dari kedua ormas yang bermanuver di luar organisasi sehingga memicu kerenggangan dengan Jokowi.

Di sisi lain, Wasisto memandang pada periode keduanya, Jokowi memang tak terlalu mengakomodasi kepentingan ormas. Salah satu yang paling menonjol adalah 'jatah' Kementerian Agama yang lepas dari pangkuan PBNU. Jokowi menunjuk Fachrul Razi, mantan jenderal TNI AD yang membantu pemenangan dalam Pilpres 2019.

Menurutnya, saat ini Jokowi lebih mengakomodasi kepentingan elit yang selama ini membantunya di pilpres lalu.

"Periode kedua ini Jokowi tidak terlalu akomodatif dengan ormas. Beda dengan periode pertama, karena sekarang lebih mengakomodasi elit-elit atau tokoh yang membantu beliau dulu di pilpres. Kalau ormas perannya sudah enggak terlalu signifikan," tuturnya.

Wasisto mengatakan pemerintah tentu punya banyak pertimbangan jika ingin menunda pilkada karena berdampak pada banyak aspek. Pertama, kata dia, penundaan akan berdampak pada pembengkakan anggaran. Jika pilkada ditunda, maka peta anggaran akan berubah.

Kedua, penundaan dipastikan akan berdampak pada sejumlah calon yang maju dan memiliki relasi dengan tokoh nasional. Diketahui anak dan menantu Jokowi, Gibran Rakabuming Raka serta Bobby Nasution turut maju dalam pilkada di Kota Solo dan Medan.

"Bisa jadi kalau diundur, proyeksi (kemenangan) akan bergeser yang semula besar jadi kecil," tuturnya.

Sementara itu, Peneliti The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai PBNU dan Muhammadiyah merupakan organisasi besar keagamaan yang tak memiliki kepentingan politik jangka pendek terkait pelaksanaan pilkada.

Untuk itu, perbedaan pendapat soal penundaan pilkada tak akan mempengaruhi hubungan keduanya dengan pemerintahan Jokowi.

"Saya kira hubungannya enggak banyak terganggu. NU dan Muhammadiyah ini dua ormas yang sudah matang secara organisasi, visi mereka adalah visi kebangsaan bukan politik jangka pendek," kata Arya dilansir CNNIndonesia.com.

Sekali pun usulan PBNU dan Muhammadiyah ditolak karena Jokowi berkukuh menggelar Pilkada serentak 2020, kedua ormas tak lantas menutup hubungan dengan orang nomor satu di Indonesia itu.

Meskipun demikian, Arya mengatakan pemerintah semestinya mengambil jalan tengah dengan menunda pilkada di sebagian wilayah yang masih masuk zona merah atau risiko tinggi penularan Covid-19. Sementara wilayah yang termasuk zona hijau atau terbilang aman tetap dapat menggelar pilkada.

Menurutnya, keputusan tersebut bisa menjadi solusi di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga berakhir. Sebab, tak dipungkiri anggaran besar yang digelontorkan untuk pelaksanaan pilkada membuat pemerintah berpikir ulang menunda pesta demokrasi tersebut.

"Kalau ditunda lagi kemungkinan akan ada tambahan anggaran baru. Selain itu pemerintah juga tidak bisa memastikan kapan covid berakhir. Misal ditunda tahun depan pun belum tentu berakhir," ujarnya.

Kepentingan Anak dan Mantu

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Chaniago mengatakan Jokowi terlihat keras kepala dengan memutuskan tak menunda Pilkada 2020 meskipun pandemi virus corona belum berakhir.

Menurutnya, ngototnya Jokowi agar Pilkada 2020 tetap dilaksanakan 9 Desember mendatang juga tak terlepas dari anak dan mantunya yang ikut maju sebagai calon wali kota Solo dan Medan.

"Nasib nyawa rakyat sangat bergantung beliau, beliau bisa di-impeachment karena gagal melindungi rakyatnya, tak menjalankan amanat konstitusi," kata Pangi.

Pangi pun memprediksi banyak masyarakat di 270 daerah yang melaksanakan pilkada tak menggunakan hak suaranya. Mereka memilih golput karena khawatir terpapar virus corona saat berada di tempat pemungutan suara.

"Pilkada 9 Desember bakal banyak golput, partisipasi politik pasti anjlok. Pilkada yang tak dinanti, pilkada yang bisa berakhir bencana, pilkada yang cacat," ujarnya.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faisal Zaini mengatakan pihaknya sudah menjalankan tugas keumatan dan memberikan alternatif jalan yang lebih maslahat dengan mengusulkan penundaan Pilkada 2020 di tengah pandemi.

"Selanjutnya PBNU menghimbau untuk membatasi kampanye terbuka dan tatap muka langsung. Kampanye virtual lebih diutamakan," kata Helmy dilansir CNNIndonesia.com, Senin (21/9).

Sementara, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir sendiri melalui akun Twitter pribadinya, Senin (21/9), telah menegaskan bahwa pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 tetap menjadi otoritas pemerintah, DPR, dan KPU sebagai penyelenggara pemilu. Namun ia mengingatkan pemerintah harus bertanggung jawab penuh terhadap segala risiko akibat pelaksanaan pilkada.

INFO NUSANTARA PERSADA