PILIHAN REDAKSI

Batalyon Wicaksana Laghawa Alumni Akpol 2002 Serahkan Bantuan Peduli Bencana

INFO|50 Kota - Beberapa hari yang lalu, Provinsi Sumatera Barat dirundung bencana banjir bandang (galodo) di sejumlah wilayah. Banjir banda...

Budaya

Opini

Mentawai

Padang Panjang

Peristiwa

Pariwara

Sijunjung

Berada di Zona Merah, Pentingnya Meningkatkan Kewaspadaan Sejak Dini



INFO|MENTAWAISimulasi bencana merupakan proses  langkah-langkah kesiapsiagaan yang harus dilakukan ketika terjadinya bencana. Simulasi bencana ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan di kalangan anak-anak dan masyarakat tentang pentingnya kewaspadaan terhadap bencana.


Bencana adalah segala sesuatu yang mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan karena faktor alam, non alam, dan manusia.

Nah, untuk meningkatkan kewaspadaan, maka diperlukan kegiatan mitigasi bencana. Mitigasi bencana ini merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Kali ini melalui lembaga organisasi yayasan FIELD Indonesia-ASB melakukan kegiatan simulasi bencana di tingkat anak-anak SD Negeri 01 Sioban, Kecamatan Sipora Selatan yang di laksanakan di halaman sekolah, Sabtu (27/8/2022).

Fasilitator simulasi kebencanaan atau nara sumber Jimmy menyebut, evaluasi dari simulasi ini perlu di buat protap penanganan bencana, salah satunya apa yang di lakukan ketika terjadi bencana.

Jadi, peran guru menurut Jimmy selama ini masih belum memiliki peran terkait soal kebencanaan, apalagi sekolah SD 01 Sioban ini berada di kawasan zona merah atau rentan bencana.

Maka dalam hal ini peran majelis guru sangat di butuhkan dalam memberikan pengetahuan kebencanaan agar anak-anak selalu waspada dan tetap tangguh, salah satu cara yaitu terus mengingatkan anak-anak. Pasalnya lokasi sekolah berada di zona merah.

Protap yang akan di buat ini guna sebagai panduan bagi anak-anak, agar selalu ingat, yang terlebih menguatkan itu di jadwalkan khusus, setidaknya sekali seminggu di lakukan kegiatan simulasi kebencanaan ini, usulnya saat pertemuan dengan majelis guru di ruangan SDN 01 Sioban.

Di tempat yang sama, Kepala Divisi Loby dan advokasi yayasan FIELD Indonesia Rahmadi menyampaikan, persoalan kebencanaan di wilayah sioban tak hanya gempa dan tsunami yang di hadapi, namun yang menjadi persoalan serius yang belum kunjung selesai itu masalah sampah.

“Ini merupakan bencana yang berada di depan mata yang menjadi persoalan terus menerus yang belum mendapat solusi, yang akan berdampak menjadi bencana seperti penyakit” sebut Rahmadi saat berikan pandangan.

Jadi, agar sampah tidak membawa bencana, Rahmadi sampaikan ide yaitu memanfaatkan sampah organik atau non organik untuk di jadikan bahan berguna yang banyak membawa manfaat.

“Perilaku ini memnag musti harus di tanamkan sejak dini, nah melalui anak-anak dapat menguggah keluarga serta masyarakat agar peduli dengan lingkungan” tuturnya.

Disisi lain terkait simulasi kebencanaan, pola yang di bangun kepada anak-anak agar selalu waspada dalam menghadapi bencana hanya dengan kalimat pendek yaitu ” kita tetap siaga” ini yang terus menerus di ingatkan.

Ini salah satu pola untuk mengingatkan anak-anak agar tetap siaga, sehingga timbul kemandirian secara personal dalam menghadapi bencana dengan kalimat pendek tetap siaga.

Kemandirian secara personal dalam menghadapi bencana dan mengingat dengan kalimat pendek kita tetap siaga yang terus di sampaikan.

Respon pihak sekolah soal simulasi Bencana

Kepala Sekolah SD Negeri 01 Sioban, Jumeria Sakerebau menyebut, melalui simulasi kebencanaan ini untuk kedepan di tegaskan kepada majelis guru untuk di jadikan sebagai bagian bahan pembelajaran, setidaknya setiap hari sabtu di lakukan simulasi kebencanaan kepada anak-anak.

Dengan kondisi sekolah yang berada dekat pantai memang menjadi persoalan bagi sekolah terutama terhadap peserta didik, pasalnya sangat rentan dengan bencana, karena lokasi sekolah zona merah.

Salah satu bencana yang sering di hadapi itu seperti angin kencang dan air pasang laut naik, sehingga anak-anak tidak bisa mengikuti pelajaran, untuk mengantisipasi hal itu terpaksa anak-anak di suruh pulang kerumah.

“Prinsipnya, keberadaan sekolah yang dekat dengan pantai, mau tak mau kami harus menyesuaikan diri artinya bersahabat dengan alam, meski demikian kami tetap waspada” kata Jumeria.

Kondisi sekolah yang berada di zona merah ini, pihaknya memang sangat berharap di relokasi di tempat yang aman, sehingga tingkat kecemasan dalam proses belajar mengajar tidak terlalu signifikan, tuturnya.

Dikatakan, memang sudah lama perencanaan sekolah SDN 01 Sioban ini di relokasi, namun selama ini masih terkendala dengan persoalan lahan pembangunan yang akan di tetapkan.

“Mudah-mudahan tahun ini relokasi sekolah terealisasi yang di lakukan Dinas Pendidikan, ini harapan kita, supaya anak-anak nyaman melakukan proses pembelajaran” tukasnya.


Editor : Heri Suprianto


Sebelumnya
« Prev Post
Selanjutnya
Next Post »