PILIHAN REDAKSI

Terkuaknya Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Antar Negara, Dua Pelaku Diamankan Satreskrim Polres Sijunjung

  Dua wanita pelaku kasus tindak pidana perdagangan orang antar negara diamankan di Polres Sijunjung. INFONUSANTARA.NET -- Jajaran Satreskr...

Budaya

Opini

Mentawai

Padang Panjang

Peristiwa

Pariwara

Internasional

Aksi Teror di Gereja Kota Nice, Polisi Prancis Tangkap 2 Orang Lagi
Sunday, November 01, 2020

On Sunday, November 01, 2020

Sebuah spanduk hitam terlihat di logo "I Love Nice", sebagai penghormatan bagi para korban serangan maut dengan senjata tajam, di Nice, Prancis, Sabtu (31/10/2020). (REUTERS/Eric Gaillard/foc/cfo)

Kepolisian masih berusaha mencari tersangka lainnya, mengingat penyelidik masih mencari orang-orang yang terakhir dihubungi oleh pelaku teror.

INFONUSANTARA.NET Dua pria lagi ditahan oleh aparat keamanan di Prancis, sehingga total tersangka yang ditangkap oleh kepolisian terkait dengan aksi teror di Nice jadi enam orang. Hal itu diungkapkan oleh seorang polisi setempat yang enggan menyebutkan namanya.

Kepolisian masih berusaha mencari tersangka lainnya, mengingat penyelidik masih mencari orang-orang yang terakhir dihubungi oleh pelaku teror.

Dua tersangka baru itu ditangkap pada Sabtu (31/10), kata sumber yang sama.

Kepolisian menangkap dua pria yang berasal dari Kota Grasse, dekat wilayah pesisir selatan Prancis yang tidak jauh dari Nice, demikian laporan saluran televisi BFM TV.

Seorang penyerang sambil meneriakkan Allahu Akbar memenggal kepala seorang perempuan dan membunuh dua orang lainnya dalam sebuah gereja di Nice, Kamis (29/10). Insiden itu merupakan aksi teror mematikan kedua dalam dua minggu terakhir, yang kemungkinan didorong oleh paham garis keras.

Pelaku penyerangan, seseorang yang berasal dari Tunisia dan berusia 21 tahun, ditembak oleh polisi dan saat ini masih dalam kondisi kritis di rumah sakit.

Kepala jaksa untuk anti terorisme Prancis mengatakan pria yang diduga sebagai penyerang di Nice itu tiba di Lampedusa, sebuah pulau di Italia yang berbatasan dengan Tunisia, pada 20 September.

Sejumlah penyelidik di Italia juga membantu investigasi aparat penegak hukum di Prancis, khususnya terkait kegiatan tersangka dan orang-orang yang ia hubungi di Pulau Sisilia.

Para penyelidik meyakini bahwa tersangka sempat tingggal di Sisilia setelah menyeberang dari Lampedusa ke Bari pada awal Oktober dengan menggunakan sebuah kapal yang biasanya dipakai untuk mengarantina para pengungsi, kata beberapa sumber dari aparat.

Tersangka juga diyakini mendapat surat peringatan untuk keluar dari Italia dalam waktu seminggu, kata sumber yang sama.

Para penyelidik masih mencari kemungkinan bahwa tersangka sempat tinggal di Kota Alcamo, Sisilia, selama 10 hari, kata beberapa narasumber. Antara

Sumber: Suara.com


Serangan di Gereja Ortodoks Prancis, Satu Pendeta Ditembak
Sunday, November 01, 2020

On Sunday, November 01, 2020

 

Seorang tentara berjaga di lokasi penembakan, gereja ortodoks Kota Lyon, Prancis, 31 Oktober 2020. AFP /Filippe Desmazes

Pihak berwenang Prancis telah menangkap seorang pria terduga pelaku

INFONUSANTARA.NET - Pria bersenjata menyerang sebuah gereja ortodoks di Kota Lyon, Prancis pada Sabtu (1/11/2020), menembaki seorang pendeta.

Menyadur BBC, pendeta yang diidentifikasi sebagai Nikolas Kakavelakis, terluka parah usai ditembak dua kali di bagian perut.

Pihak berwenang belum mengetahui secara pasti motif penyerangan, penyelidikan percobaan pembunuhan telah dilancarkan.

Penembakan terjadi sekitar pukul 16.00 sore, saat pendeta itu tengah menutup gereja.

Penyerang, yang disebutkan menenteng senapan laras pendek, langsung kabur dari lokasi usai melancarkan tembakan.

Jaksa penuntut umum Lyon, Nicolas Jacquet, pada Sabtu malam mengatakan pihak berwenang telah menahan seorang pria terduga pelaku.

"Seseorang yang berkemungkinan sesuai dengan gambaran saksi awal telah ditempatkankan di tahanan polisi," ujar Jacquet.

Jacquet menyebut pria itu tak membawa senjata ketika ditangkap oleh pihak kepolisian. Penyelidik masih mencari tahu identitasnya.

Wali kota Lyon Gregory Doucet sebelumnya mengatakan pihaknya belum mengetahui motif penyerangan gereja ini.

Sang pendeta yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit, disebutkan masih dalam kondisi kritis.

Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan pemerintah bertekad untuk mengizinkan "setiap dan semua orang menjalankan ibadah mereka dalam keamanan dan kebebasan penuh.

Penembakan di gereja Ortodoks Lyon ini terjadi tiga hari setelah serangan di Basilika Notre-Dame yang menewaskan tiga orang, dengan satu perempuan terpenggal, dan dua pekan setelah pembunuhan Samuel Paty, guru sejarah yang dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelasnya.

Sumber:Suara.com

Waduh!! Anggota DPD RI ke Pelajar:Seks Bebas Boleh Asal Pakai Kondom
Friday, October 30, 2020

On Friday, October 30, 2020

Anggota DPD RI asal Bali, Arya Wedakarna. [Beritabali]

Yang bersangkutan (Arya Wedakarna) telah membuat pernyataan di depan siswa-siswi di SMAN 2 Tabanan, bahwa seks bebas diperbolehkan asalkan pakai kondom," kata dia.

INFONUSANTARA.NET -- Anggota DPD RI asal Bali, I Gusti Ngurah Arya Wedakarna alias AWK, dilaporkan Perguruan Sandhi Murti ke Polda Bali.

Dia dilaporkan ke polisi atas dua kasus, yakni dugaan penodaan dan pernyataan 'seks bebas diperbolehkan asalkan pakai kondom'.

Dikutip dari Suarabali.id, Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta bersama seorang warga Nusa Penida mendatangi Polda Bali untuk melaporkan AWK.

Ia mengatakan, anggota DPD RI tersebut telah melontarkan ucapan bernada melecehkan terkait simbol agama Hindu.

"Beberapa minggu lalu yang bersangkutan (Arya Wedakarna) telah mengeluarkan pernyataan yang diduga melecehkan simbol-simbol yang dipuja masyarakat Bali yang intinya diduga merendahkan Ida Bhatara Dalem Ped Nusa Penida," ujarnya saat ditemui di Polda Bali, Jumat (30/10/2020).

Selain itu, pernyataan AWK terkait seks bebas asal pakai kondom juga dipersoalkan masyarakat.

"Sekitar bulan Januari tahun 2020 lalu, yang bersangkutan (Arya Wedakarna) telah membuat pernyataan di depan siswa-siswi di SMAN 2 Tabanan, bahwa seks bebas diperbolehkan asalkan pakai kondom," kata dia.

Dia melanjutkan, "AWK ini juga bilang yang lahir dari ibu hamil sebelum nikah akan jadi anggota ormas, jadi anak bebinjat, anak yang lahir dari neraka dan jadi orang korupsi."

Kuasa hukum Harta, I Nengah Yasa Adi Susanto, mengatakan, untuk barang bukti yang akan diserahkan ke kantor polisi, berupa rekaman video pelecehan simbol agama dan rekaman saat Arya Wedakarna berpidato di SMA Negeri 2 Tabanan.

"Saya kira ini pokok kesalahannya adalah diunggahnya melalui medsos menyangkut hal-hal yang sangat menganggu perasaan masyarakat khususnya masyarakat Nusa Penida tentang ungkapan-ungkapan yang tidak sepantasnya disampaikan lewat media," ucap Susanto.

Sementara itu, saat dikonfirmasi terpisah, Kepala Subdit V Kejahatan Siber Dit Reskrimsus Polda Bali, AKBP Gusti Ayu Putu Suinaci, mengatakan, akan memproses laporan tersebut sesuai dengan prosedur dan SOP yang ada.

"Untuk prosesnya kalau memang ada laporan kita pasti proses sesuai dengan prosedur yang ada. Kalau ada memenuhi unsur pidana yang dilaporkan ya kita sesuaikan dengan prosedur dan SOP yang ada," ucapnya.

Suinaci menambahkan semuanya melalui proses analisa terlebih dulu, kalau sudah dipelajari dan ada unsur-unsur, maka akan diproses lebih lanjut.

"Saya belum lihat laporannya seperti apa. Nanti laporan tersebut akan masuk ke pimpinan dulu, baru ke masing-masing subdit," sambung Suinaci.

Sumber: Suara.com

Ini Keputusan Terbaru Presiden Prancis, Demi Mencegah Hal Mengerikan
Friday, October 30, 2020

On Friday, October 30, 2020

 

Presiden Prancis, Emmanuel Macron. (Foto: Francois Mori/Pool via Reuters)

INFONUSANTARA.NET -- Eropa terancam dilanda gelombang besar kedua penularan COVID-19 sebelum musim dingin. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memutuskan memberlakukan lagi karantina wilayah (lockdown) di negara mereka.

“Saya telah memutuskan bahwa kita (Prancis, red) perlu kembali ke penguncian untuk menghentikan virus,” kata Presiden Macron.

“Virus itu beredar dengan kecepatan yang bahkan tidak diantisipasi oleh perkiraan yang paling pesimistis,” ujarnya dalam pidato yang disiarkan televisi, Rabu (28/10/2020).

“Seperti semua tetangga kita (Prancis, red), kita tenggelam oleh percepatan virus yang tiba-tiba,” ia menambahkan.

“Kita (Prancis, red) semua berada di posisi yang sama: dibanjiri gelombang kedua yang kita tahu akan lebih sulit, lebih mematikan daripada gelombang pertama,” kata Macron.

Di bawah aturan baru Prancis yang mulai berlaku pada Jumat (29/10), warga diwajibkan tinggal di rumah.

Pengecualian akan diberikan bagi mereka yang perlu membeli barang-barang penting, mendapatkan layanan medis, atau berolahraga hingga satu jam sehari.

Warga akan diizinkan pergi bekerja jika majikan mereka menganggap pekerjaan tidak bisa dilakukan dari rumah.

Sekolah-sekolah di Prancis akan tetap buka.

Seperti pada hari-hari paling kelabu selama musim semi, siapa pun di negara itu yang meninggalkan rumah harus membawa dokumen, yang menguatkan alasan seseorang untuk berada di luar rumah.

Sementara, Jerman akan menutup semua bar, restoran, dan teater pada 2-30 November berdasarkan langkah-langkah yang disepakati antara Kanselir Jerman Angela Merkel dan para kepala pemerintah daerah.

Sekolah-sekolah akan tetap buka, dan toko-toko akan diizinkan beroperasi dengan batasan ketat pada jumlah orang yang berada di dalam toko.

Kita perlu mengambil tindakan sekarang,” kata Kanselir Jerman Angela Merkel. “Sistem kesehatan kita masih dapat mengatasi tantangan itu hari ini, tetapi pada kecepatan infeksi ini sistem akan mencapai batas kemampuannya dalam beberapa minggu,” ujar kanselir.

Menteri Keuangan Jerman Olaf Scholz menulis di Twitter, “November akan menjadi bukti. Peningkatan jumlah infeksi memaksa kita untuk mengambil tindakan pencegahan yang keras untuk mematahkan gelombang kedua.”

Prancis setiap hari telah dilanda lonjakan sebanyak 36.000 kasus baru COVID-19.

Jerman, yang tidak terlalu terpukul dibandingkan sejumlah negara tetangganya di Eropa awal tahun ini, mengalami peningkatan kasus secara berlipat. “Kalau kita (Jerman, red) menunggu sampai unit perawatan intensif penuh, itu akan terlambat,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn.

Jerman sudah mulai menerima pasien-pasien dari Belanda, negara tetangga yang kapasitas rumah sakitnya sudah mencapai batas. Wakil Perdana Menteri Rusia Tatiana Golikova mengatakan pada Rabu bahwa ketersediaan ranjang-ranjang rumah sakit sudah terisi 90 persen di 16 wilayah negara itu.

Beberapa pejabat telah memperingatkan bahwa bahkan sistem kesehatan yang dilengkapi dengan baik, seperti yang ada di Prancis dan Swiss, dapat mencapai titik puncak dalam beberapa hari.

Sementara itu, harapan bahwa pengobatan baru dapat mengekang penyebaran virus corona terhambat ketika kepala satuan tugas pengadaan vaksin Inggris mengatakan bahwa vaksin yang sepenuhnya efektif mungkin tidak akan pernah dikembangkan dan versi-versi awal kemungkinan besar tidak sempurna.

Menurut angka terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia pada Selasa (27/10), Eropa melaporkan 1,3 juta kasus baru dalam tujuh hari terakhir. Jumlah tersebut hampir setengah dari sekitar 2,9 juta yang dilaporkan di seluruh dunia.

Eropa dalam sepekan terakhir mencatat lebih dari 11.700 kematian, yang merupakan lonjakan sebesar 37 persen dari minggu sebelumnya. Sejauh ini di seluruh dunia, kasus COVID-19 tercatat lebih dari 42 juta dan sedikitnya 1,1 juta orang meninggal akibat penyakit virus tersebut, yang pertama kali dilaporkan muncul di Kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu.

Pemerintah di seluruh Eropa telah mendapat kecaman karena kurangnya koordinasi dan dianggap gagal menggunakan jeda kasus selama musim panas untuk meningkatkan penanganan, sehingga membuat rumah-rumah sakit tidak siap.

Di Amerika Serikat, gelombang baru infeksi telah mencatat serangkaian rekor, enam hari menjelang pemilihan presiden.

Presiden Donald Trump telah meremehkan virus corona dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan membatalkan kampanye. Para pendukungnya sering menolak menggunakan masker atau menjaga jarak yang aman saat menghadiri kampanye. 

Sumber:JPNN

Konflik di Prancis, Denny Siregar: Kalian Juga Suka Ngejek Agama Lain
Friday, October 30, 2020

On Friday, October 30, 2020

 

Denny Siregar.(ist)
INFONUSANTARA.NET -- Aktivis media sosial, Denny Siregar mengatakan, seandainya ummat Islam di Indonesia dikenal sebagai umat yang menghormati ajaran dan keyakinan orang lain, maka pastinya ketika agama kita dihina, maka mereka juga akan ikut membela kita.

Tetapi Denny bilang, mereka tidak membela kita, sebab ajaran mereka selalu dihina. “Tapi bagaimana mereka bisa membela ajaran kita, kalau kita selalu menghina ajaran mereka,” Ujar Denny Siregar dikutip akun twitternya, Kamis (29/10) seperti dilansir dari Fajar.co.id

Denny Siregar mengatakan hal itu, terkait sejumlah kecaman yang datang kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron karena dinilai telah menyudutkan Islam dan membiarkan Karikatur Nabi Muhammad SAW sebagai kebebasan berekspresi.

Denny Siregar bilang, ummat Islam selalu menghina sesembahan dari agama lain, padahal dalam Alquran surat Al An’am 108, Allah Ta’ala melarang menghina sesembahan dari agama lain.

“Saya bukan membela pemenggalan guru di Perancis. Cuman aneh aja. Kalian selama ini ngejek Yesus pakai kolor. Terus ngejek Yesus di gantungan. Kalian ejek mereka terus seolah-olah kalian paling benar. Sekalinya balik diejek, main penggal. Kalo ga mau diejek, jangan suka ngejek.” Ucap Denny Siregar.

Dia bilang, setiap dia diundang di Gereja, dia sangat dihormati meskipun berbeda agama.

“Karena gua menghormati agama mereka. Apa yang susah dengan itu? Bahkan Alquran pun sudah mengingatkan dengan tegas.” Pungkas Denny Siregar. 


Luar Biasa! Pemuda Rusia Turut Semarakkan Sumpah Pemuda di KBRI Moskow
Thursday, October 29, 2020

On Thursday, October 29, 2020

Ilustrasi warga negara Rusia (KBRI Moskow)

INFONUSANTARA.NET -- Pemuda di Rusia turut memperingati Hari Sumpah Pemuda dengan mengikuti lomba menulis dan berpidato menggunakan Bahasa Indonesia. Acara dihelat di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Rusia di Moskow.

Lomba pidato dilakukan secara virtual. Diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Rusia, yaitu Moscow State Institute of International Relations (MGIMO), Institute of Asian and African Studies of the Lomonosov Moscow State University (ISAA-MGU).

Kemudian, Diplomatic Academy of the Ministry of Foreign Affairs of the Russian Federation, St. Petersburg State University, dan Kazan Federal University. Di sejumlah perguruan tinggi tersebut diajarkan Bahasa Indonesia.

Salah satu peserta lomba pidato, Anastasia Sycheva menyampaikan tentang peran penting hubungan Indonesia dengan Rusia sejauh ini. Terutama mengenai peningkatan kerja sama bidang budaya dan pendidikan.

Anastasia sendiri merupakan mahasiswi semester 4 yang mendalami Bahasa Indonesia di kampusnya.

"Kerja sama di bidang budaya dan pendidikan dapat menarik perhatian dan motivasi lebih banyak orang Indonesia dan Rusia dari berbagai lapisan masyarakat kedua negara untuk memperkuat kerja sama bilateral lainnya," kata Anastasia mengutip Antara, Rabu (28/10).

Ada pula kelompok pemuda Rusia lainnya yang memberikan pesan dan kesan terkait Hari Sumpah Pemuda. Mereka memakai batik dengan motif khas Indonesia.

Di sela-sela latihan gamelan di KBRI Moskow, mereka menyampaikan Selamat Hari Sumpah Pemuda kepada Indonesia.

Anggota Gamelan Dadali di KBRI Moskow, Alesandra mengaku senang mempelajari Bahasa Indonesia karena dapat memahami budaya setempat.

Aleksandra adalah mahasiswi semeter empat di Institute of Oriental Studies.

Wakil Duta Besar RI untuk Rusia merangkap Belarus, Azis Nurwahyudi mengatakan bahwa peran pemuda sangat penting dalam hubungan Indonesia dan Rusia.

Dia menyampaikan perhatian generasi muda Rusia terhadap Indonesia begitu besar. Tidak sedikit pemuda Rusia yang ingin mengetahui banyak tentang Indonesia.

"Salah satu contohnya adalah keikutsertaan para pemuda Rusia pada lomba pidato dan menulis Bahasa Indonesia. Selain itu, para pemuda Rusia juga datang ke KBRI Moskow untuk belajar Bahasa Indonesia, gamelan, dan tarian Indonesia," kata Azis Nurwahyudi.

Sumber:CNN Indonesia

Demo Menolak UU Ciptaker Terbangkan Spanduk Pakai Balon, Isinya: Jokowi-Amin Gagal
Wednesday, October 28, 2020

On Wednesday, October 28, 2020

 

HIMA Persis menggelar demonstrasi menolak UU Ciptaker di area Patung Kuda, Jakarta Pusat, Rabu (28/10). Foto: Aristo Setiawan/JPNN.com

INFONUSANTARA.NETPuluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA Persis), menggelar demonstrasi menolak UU Cipta Kerja (Ciptaker) di area Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Rabu (28/10).

Dalam aksinya, mahasiswa membawa balon udara yang di bawahnya tergantungkan sebuah spanduk.

Dalam spanduk tersebut, HIMA Persis menilai pemerintahan era Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin gagal selama memimpin Indonesia.

“Jokowi-Amin gagal,” tulis spanduk yang dikaitkan di balon udara yang dibawa HIMA Persis saat aksi.

HIMA Persis juga turut membawa spanduk yang berisikan tujuh tuntunan kepada pemerintah Jokowi-Maruf.

Dalam sebuah poin, organisasi tersebut meminta Jokowi mengaluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) yang bisa membatalkan UU Ciptaker.

“Keluarkan Perppu, cabut Omnibus Law (UU Ciptaker),” tulis tuntutan aksi HIMA Persis.

Dalam poin tuntutan berikutnya, HIMA Persis meminta Presiden Jokowi bisa menegakkan hukum dan tuntaskan kasus Hak Asasi Manusia (HAM).

Poin berikutnya, HIMA Persis meminta Presiden Jokowi bisa menyetop oligarki politik, menghentikan kapitalisasi sumber daya alam di Indonesia, dan menyelesaikan tindakan represif aparat.

Selain itu, HIMA Persis juga menuntut Presiden Jokowi menghapuskan kapitalisasi pendidikan dan mendesak pemerintah fokus menangani Covid-19.

“Kondisi buruh yang tertindas dan ekonomi yang sulit ialah buntut kerja pimpinan yang zalim dan gagal memimpin bangsa,” tegas seorang orator HIMA Persis di lokasi aksi. (jpnn/fajar)

Sumber: Fajar.co.id


Pemimpin Muslim Ramai-ramai Kecam Macron, Erdogan: Jangan Pernah Menghargai Label Prancis
Wednesday, October 28, 2020

On Wednesday, October 28, 2020

Erdogan & Macron. (int)

INFONUSANTARA.NET -- Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini telah memicu kemarahan dan kecaman dari negara-negara Muslim dunia atas komentarnya yang membela sekularisme Prancis dan kritik terhadap Islam radikal, menyusul pemenggalan seorang guru di Prancis.

Bukan hanya kecaman yang didapat. Aksi boikot produk-produk Prancis pun sangat masif dilakukan di sejumlah negara Arab. Barang-barang buatan Prancis sudah banyak yang ditarik dari supermarket setempat. Hal itu merupakan buntut dari kemarahan publik Muslim dunia terhadap Presiden Macron.

Kecaman yang cukup tajam terhadap Macron datang dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Setelah mengatakan, bahwa Macron perlu diperiksa kejiwaannya terkait komentar tersebut, ia mengajak untuk memboikot produk-produk Prancis.

“Jangan pernah menghargai barang-barang berlabel Prancis, jangan membelinya,” kata Erdogan mengutip AFP, Selasa (27/10).

Ajakan memboikot produk-produk Prancis juga menggema di Qatar, Kuwait serta beberapa negara Timur Tengah lainnya. Barang-barang buatan Prancis sudah banyak yang ditarik dari supermarket setempat.

Bahkan, warga Suriah sudah membakar foto Macron. Di Tripoli, Libya, warga membakar bendera Prancis sebagai sikap kecaman atas pernyataan Macron.

“Sebagai Muslim, adalah kewajiban kami untuk menghormati semua nabi, jadi kami mengharapkan hal yang sama dari semua agama lain,” kata ibu rumah tangga Fatima Mahmud (56) di Tripoli.

Di Deir al-Balah di Jalur Gaza, orang-orang Palestina juga membakar potret Macron, menyebut pernyataannya sebagai “serangan dan penghinaan terhadap Islam.”

“Kami mengutuk komentar Presiden Prancis dan siapa pun yang menyinggung Nabi Muhammad, baik melalui kata-kata, tindakan, gerak tubuh atau gambar,” kata Maher al-Huli, seorang pemimpin Hamas yang menguasai Gaza.

Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menuduh Macron, “menyerang Islam” karena pernyataannya dianggap menyudutkan dan mengkritik masyarakat Islam dengan cara menutup masjid dan mengawasi sejumlah organisasi masyarakat Muslim, usai kejadian pembunuhan seorang guru.

Khan juga menuduh Macron membela penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah Charlie Hebdo.

Dalam serangkaian cuitan di Twitter pada Minggu (25/10) kemarin, Khan mengatakan bahwa pernyataan Macron yang menyebut “Islam adalah agama yang sedang dalam krisis di seluruh dunia” menimbulkan perpecahan.

“Ini adalah saat di mana Presiden Macron bisa memberikan sentuhan penyembuhan dan menyangkal ruang bagi para ekstremis daripada menciptakan polarisasi dan marginalisasi lebih lanjut yang pasti mengarah pada radikalisasi,” cuit Khan seperti dikutip dari AFP.

“Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih, atau ideologi Nazi,” tambahnya.

Kementerian Luar Negeri Maroko dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi MAP, juga “dengan keras” mengutuk terus terbitnya karikatur Nabi Muhammad.

Adapun Menteri Urusan Islam Yordania Mohammed al-Khalayleh mengatakan bahwa “menghina” Nabi bukanlah “masalah kebebasan pribadi, tetapi kejahatan yang mendorong kekerasan.”

Liga Muslim Dunia (MWL) dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) turut mengecam sikap Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan pemerintahannya yang dinilai menyudutkan umat Muslim dan membiarkan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah satire Charlie Hebdo.

“Sekretariat Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terus mengikuti penerbitan karikatur satire yang menggambarkan Nabi Muhammad S.A.W., dan kami tercengang melihat wacana yang tak terduga dari politisi Prancis tertentu, yang dianggap berbahaya bagi hubungan Muslim-Prancis, menghasut kebencian, dan hanya melayani kepentingan politik kelompok partisan,” demikian pernyataan OKI.

“Sekretariat Jenderal mengatakan akan tetap mengecam praktik penistaan dan penghinaan terhadap nabi-nabi Islam, Kristen dan Yahudi,” lanjut pernyataan OKI.

Kerajaan Arab Saudi juga mengecam penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah satir Prancis, Charlie Hebdo.

Menurut kantor berita Arab Saudi, SPA, yang dikutip Arab News, Selasa (27/10), pihak kerajaan juga mengutuk tindakan teroris dalam bentuk apa pun, terlepas dari pelakunya.

Selain itu Kerajaan Arab Saudi meminta supaya penerapan kebebasan intelektual dan budaya untuk mempromosikan rasa hormat, toleransi, serta perdamaian.

Pemerintah Indonesia turut pula mengecam pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang dinilai menyudutkan agama Islam dan membiarkan penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah satire Charlie Hebdo.

Rencananya, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) akan memanggil Duta Besar Prancis di Jakarta, Olivier Chambard, untuk menyampaikan kecaman itu.

Kecaman terbaru ini menambah daftar panjang beberapa negara berpenduduk mayoritas Islam lain yang telah lebih dulu mengecam pernyataan Macron.

Dapat disampaikan, bahwa ketika berbicara setelah guru Samuel Paty dipenggal usai menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam pelajaran tentang kebebasan berbicara awal bulan ini, Macron bersumpah bahwa Prancis “tidak akan menyerah” soal kartun Nabi dan mengatakan Paty “dibunuh karena Islamis menginginkan masa depan kita”.

Macron juga menyatakan, tetap mempertahankan prinsip sekuler yang diterapkan Prancis. Pemerintahannya akan tetap melanjutkan dan menghormati segala perbedaan di dalam perdamaian.

Dia menyatakan tidak akan membiarkan ujaran kebencian dan tetap mempertahankan budaya debat untuk mempertahankan pendapat.

“Sejarah kami memperlihatkan perjuangan terhadap tirani dan fanatisme. Kami akan melanjutkannya. Kami akan tetap melanjutkan, akan tetap membela harga diri manusia dan nilai-nilai universal,” ujar Macron. 

Sumber: Fajar.co.id

Emmanuel Macron Hina Islam, Paul Pogba Putuskan Hengkang dari Timnas Prancis
Tuesday, October 27, 2020

On Tuesday, October 27, 2020

 

Paul Pogba.(ist)
INFONUSANTARA.NETBanyak yang sakit hati mendengar agamanya, Islam, dihina dan dicap sebagai teroris oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron. Tak terkecuali gelandang bintang Prancis, Paul Pogba.

Dia dilaporkan keluar dari tim sepak bola nasional Prancis atas omongan Emmanuel Macron itu. Komentar Macron sendiri muncul setelah peristiwa pemenggalan guru sekolah-Samuel Paty -terkait karikatur nabi Muhammad kepada anak-anak muridnya di sekolah.

Menurut laporan yang dikutp FIN dari The Sun, Senin (26/10), pesepakbola berusia 27 tahun itu memutuskan untuk mundur dari tim nasional Prancis setelah kemarahan yang meluas atas pernyataan Macron terhadap Islam.

Namun demikian, baik Pogba maupun Asosiasi Sepak Bola Prancis, sejuah ini belum mengonfirmasi kepergian sang bintang.

Menurut laporan, Pogba sebagai penganut Islam, dia marah dengan kartun Nabi Muhammad yang pertama kali diterbitkan oleh Charlie Hebdo.

Selain itu, Keputusan pemerintah Prancis untuk menghormati Samuel Paty- sang guru yang tewas itu, juga memicu kemarahan Pogba.

Karir Pogba di Timnas Prancis dimulai pada 2013. Dia termasuk pemain kunci dalam kemenangan Prancis di Piala Dunia 2018 di Rusia bahkan mencetak gol di final melawan Kroasia.

Samuel Paty, dipenggal pada 16 Oktober setelah mendiskusikan karikatur Nabi Muhamad dengan murid-muridnya. Dia dipenggal oleh seorang pengungsi Chechnya kelahiran Moskow berusia 18 tahun yang kemudian ditembak mati oleh Polisi Prancis.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut pelaku pembunuh Samuel Paty sebagai ‘serangan teror Islam. 

Sumber: Fajar.co.id


Saudi Kecam Penerbitan Ulang Karikatur Nabi Muhammad
Tuesday, October 27, 2020

On Tuesday, October 27, 2020


INFONUSANTARA.NET --Kerajaan Arab Saudi mengecam penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah satir Prancis, Charlie Hebdo.

Menurut kantor berita Arab Saudi, SPA, yang dikutip Arab News, Selasa (27/10), pihak kerajaan juga mengutuk tindakan teroris dalam bentuk apa pun, terlepas dari pelakunya. Selain itu Kerajaan Arab Saudi meminta supaya penerapan kebebasan intelektual dan budaya untuk mempromosikan rasa hormat, toleransi, serta perdamaian.

Kecaman terbaru ini menambah daftar panjang beberapa negara berpenduduk mayoritas Islam lain yang telah lebih dulu mengecam pernyataan Macron.

Kemarin, Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menuduh Macron, "menyerang Islam" karena pernyataannya dianggap menyudutkan dan mengkritik masyarakat Islam dengan cara menutup masjid dan mengawasi sejumlah organisasi masyarakat Muslim, usai kejadian pembunuhan seorang guru.

Khan juga menuduh Macron membela penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah Charlie Hebdo.

Dalam serangkaian cuitan di Twitter pada Minggu (25/10) kemarin, Khan mengatakan bahwa pernyataan Macron yang menyebut "Islam adalah agama yang sedang dalam krisis di seluruh dunia" menimbulkan perpecahan.

"Ini adalah saat di mana Presiden Macron bisa memberikan sentuhan penyembuhan dan menyangkal ruang bagi para ekstremis daripada menciptakan polarisasi dan marginalisasi lebih lanjut yang pasti mengarah pada radikalisasi," cuit Khan seperti dikutip dari AFP, Senin (26/10) kemarin.

"Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih, atau ideologi Nazi," tambahnya.

Kritikan yang cukup tajam terhadap Macron datang dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Setelah mengatakan bahwa Macron perlu diperiksa kejiwaannya terkait komentar tersebut, ia mengajak untuk memboikot produk-produk Prancis.

"Jangan pernah menghargai barang-barang berlabel Prancis, jangan membelinya," tutur Erdogan mengutip AFP.

Ajakan memboikot produk-produk Prancis juga menggema di Qatar, Kuwait serta beberapa negara Timur Tengah lainnya. Barang-barang buatan Prancis sudah banyak yang ditarik dari supermarket setempat.

Bahkan warga Suriah sudah membakar foto Macron. Di Tripoli, Libya, warga membakar bendera Prancis sebagai sikap kecaman atas pernyataan Macron.

Macron menjadi sorotan dunia karena menyebut Islam tengah mengalami krisis. Dia juga menuding kelompok radikal Muslim di Prancis bertekad mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekularisme di dalam masyarakat.

Macron menyatakan hal itu beberapa hari setelah peristiwa pemenggalan seorang guru sejarah dan geografi, Samuel Paty (47), yang membahas karikatur Nabi Muhammad S.A.W., dalam topik pembelajaran di kelas. Sikapnya memicu kritik dari sejumlah orang tua murid yang merupakan Muslim.

Bahkan salah satu orang tua murid membahas masalah itu melalui media sosial. Pelaku kemudian melihat hal itu dan berencana membunuh Paty.

Paty lantas diserang dan dipenggal saat pulang kerja pada 16 Oktober lalu. Polisi kemudian menembak mati pelaku.

Sumber:CNN Indonesia

PM Pakistan Sebut Presiden Macron Serang Islam
Tuesday, October 27, 2020

On Tuesday, October 27, 2020

Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan. Khan mengkritik Presiden Prancis, Emmanuel Macron, atas sikapnya yang dinilai menyudutkan umat Islam usai insiden pembunuhan guru. (AP/K.M. Chaudary)

INFONUSANTARA.NET -- Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, menuduh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, "menyerang Islam" karena dianggap menyudutkan dan mengkritik masyarakat Islam dengan cara menutup masjid dan mengawasi sejumlah organisasi masyarakat Muslim, usai kejadian pembunuhan seorang guru.

Khan juga menuduh Macron membela penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad S.A.W., oleh majalah Charlie Hebdo.

Dalam serangkaian cuitan di Twitter pada Minggu (25/10) kemarin, Khan mengatakan bahwa komentar Macron menimbulkan perpecahan.

"Ini adalah saat di mana Presiden Macron bisa memberikan sentuhan penyembuhan dan menyangkal ruang bagi para ekstremis daripada menciptakan polarisasi dan marginalisasi lebih lanjut yang pasti mengarah pada radikalisasi," cuit Khan seperti dikutip dari AFP, Senin (26/10).

"Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih, atau ideologi Nazi," tambahnya.

Komentar Khan muncul menyusul pernyataan Macron pada pekan lalu dalam insiden pemenggalan kepala yang menimpa seorang guru sejarah di Prancis, Samuel Paty. Macron mengatakan bahwa Paty "dibunuh karena kaum Islamis menginginkan masa depan kita".

Kasus pemenggalan Samuel Paty terjadi setelah guru sejarah itu dilaporkan membahas soal kartun Nabi Muhammad S.A.W., kepada murid-muridnya di kelas dalam topik tentang kebebasan berpendapat. Paty kemudian menjadi sasaran kampanye kebencian melalui daring oleh salah seorang wali murid.

Penerbitan kartun memicu serangan teror penembakan di kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris pada Januari 2015, yang dilakukan oleh lelaki Muslim.

Pernyataan Macron juga memicu kontroversi ketika dia mengatakan bahwa "Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia".

Sosok Nabi Muhammad S.A.W., tidak patut digambarkan melalui karikatur. Hal itu juga dinilai sebagai bentuk penodaan agama.

Penodaan agama adalah masalah yang mudah memicu kemarahan di kalangan masyarakat Pakistan yang ultra-konservatif. Di mana pun dan siapa pun yang dianggap telah menghina agama atau tokoh Islam dapat menghadapi hukuman mati.

"Dengan menyerang Islam, jelas tanpa memahaminya, Presiden Macron telah menyerang dan melukai sentimen jutaan Muslim di Eropa dan di seluruh dunia," kata Khan.

Bulan lalu, dalam pidatonya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Khan mengecam majalah Charlie Hebdo karena menerbitkan ulang kartun tersebut. Dia mengatakan "provokasi yang disengaja harus dilarang secara universal".

Pada Minggu malam pekan lalu, kantor perdana menteri Pakistan mengatakan dia telah menulis pesan kepada CEO Facebook, Mark Zuckerberg, untuk meminta raksasa media sosial itu menghapus muatan yang terkait Islamofobia.

Pekan lalu, Facebook mengatakan akan melarang konten yang menyangkal atau mendistorsi peristiwa pembantaian etnis Yahudi oleh pada Perang Dunia II (Holocaust).

"Mengingat maraknya pelecehan dan fitnah terhadap Muslim di platform media sosial, saya akan meminta Anda untuk menempatkan larangan serupa terhadap Islamofobia dan kebencian terhadap Islam di Facebook, (seperti) yang telah Anda lakukan untuk Holocaust," tulis Khan.

Sumber:CNN Indonesia

Tewas Dibom, Syekh Adnan Al-Afyouni Ternyata Pelindung Mahasiswa Indonesia di Suriah
Saturday, October 24, 2020

On Saturday, October 24, 2020

 

"Saya lindungi dulu mahasiswa Indonesia,"

Bom Mobil Meledak di kota Al-Bab Suriah, 18 Tewas dan Puluhan Luka. (Tangkapan Layar/Anadolu Agency)

INFONUSANTARA.NET -- Mufti Damaskus Suriah, Syekh Muhammad Adnan Al-Afyouni meninggal dunia akibat ledakan bom dalam serangan teroris pada Kamis (2/10/2020) malam waktu setempat.

Syekh Muhammad Adnan merupakan salah satu tokoh yang tidak asing bagi pelajar dan mahasiswa Indonesia yang berada di Suriah.

Syekh Adnan Al-Afyouni dikenal sebagai pelindung bagi mahasiswa yang sedang belajar di Suriah ketika terjadi konflik.

Hal tersebut ia sampaikan ketika melakukan kunjungan ke Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta pada 17 Januari 2019.

"Ketika terjadi konflik di Suriah, sebelum saya melindungi diri saya dan anak-anak saya, saya lindungi dulu mahasiswa Indonesia," ujar Syekh Adnan dikutip dari laman resmi Nahdlatul Ulama.

Unggahan Anies Baswedan kenang Syekh Muhammad Adnan Al-Afyouni.[Instagram]

Syekh Adnan Al-Afyouni memang bukan pemuka agama yang asing bagi Indonesia. Ia pernah berkunjung dan bertemu dengan salah satu pejabat di Indonesia yakni Anies Baswedan.

Saat mendengar kabar duka mengenai wafatnya Syekh Adnan Al-Afyouni, Anies membuat postingan yang mengenang pertemuannya dengan sang syekh.

"Pagi ini kabar duka itu datang. Syekh Muhammad Adnan Al-Afyouni berpulang ke Rahmatullah. Mufti Agung Damaskus itu wafat setelah luka parah akibat bom di mobilnya. Dini hari yang kelam di Damaskus. Duka mendalam bagi semua," tulis Anies Baswedan dalam akun pribadi Instagram, Jumat (23/10).

Anies juga menyebut jika almarhum pernah silaturahmi ke Balai Kota DKI Jakarta dan berdiskusi panjang dengannya.

"Ilmunya dalam, cakrawala berpikirnya luar biasa luas dan pandangan-pandangannya meneduhkan. Pertemuan yang amat mengesankan," lanjut Anies.

Ikatan Alumni Syam (Suriah) Indonesia (Alsyami) mengungkapkan sosok Syekh Adnan Al-Afyouni sebagai seseorang yang bersemangat merekonsiliasi konflik di Suriah yang berkepanjangan dan berdampak krisis kemanusiaan, selain korban jiwa tak terhitung jumlahnya.

"Beliaulah ulama yang turun langsung meng-ishlah-kan pihak-pihak yang bertikai," kata Sekjen Alsyami, M. Najih Arromadloni.

Menurut laporan kantor berita SANA, Jumat (23/10/2020), Syekh Adnan Al-Afyouni tewas dalam ledakan bom yang ditempatkan di mobilnya di kota Qudsaya.

Al Masdar News melaporkan bahwa bagian dalam mobil Syekh Al-Afyouni terbakar, jok robek, dan salah satu pintu mobil terbelah, dan kacanya pecah.

Selepas ledakan itu, kendaraan pertahanan sipil dan ambulans bergegas ke lokasi untuk menyelamatkan Syekh Al-Afyouni yang pada akhirnya tidak tertolong.

Dalam keterangannya, Kementerian Wakaf Suriah menyebut Syekh Al-Afyouni meninggal dunia dalam keadaan syahid atau bertemu Tuhan sebagai seorang martir.

Sumber:Suara.com

Pelaku Penikaman Dua Muslimah Prancis Dijerat Delik Rasialisme
Saturday, October 24, 2020

On Saturday, October 24, 2020

 

Ilustrasi ( ist)

INFONUSANTARA.NET -- Dua wanita Prancis yang dituduh menusuk dua Muslimah dan berusaha merobek kerudung mereka di Paris menjadi tersangka penyerangan dan penghinaan rasial.

Melansir AFP, Jumat (23/10), kedua pelaku yang dituduh melakukan penyerangan itu disebut tengah mabuk ketika mereka bertemu dengan sekelompok Muslimah dan anak-anak mereka di taman Champ de Mars di kaki Menara Eiffel, Paris.

Dua Muslimah itu dilaporkan mengeluh soal anjing yang berkeliaran milik salah satu pelaku. Para wanita di kelompok tersebut merasa risih dengan anjing itu, sebab di dalam ajaran Islam air liur hewan itu termasuk haram jika terkena tubuh.

Pelaku yang memiliki anjing itu justru mencabut pisau yang dibawa dan menikam dua Muslimah itu. Kedua korban masing-masing berusia 19 dan 40 tahun.

Muslimah yang berusia 40 tahun mengalami enam luka tusuk dan sedang dirawat di rumah sakit karena paru-parunya tertembus belati. Sementara yang 19 tahun ditikam tiga kali dan sempat dirawat di rumah sakit, dan telah dipulangkan.

Kedua korban mengklaim bahwa penyerang mereka menyebut mereka "orang Arab kotor" dan mengatakan kepada mereka: "Ini bukan rumah Anda."

Tersangka utama telah ditempatkan dalam tahanan, sementara temannya dibebaskan dengan jaminan.

Kedua wanita yang telah menjadi tersangka tersebut diajukan ke pengadilan pada Rabu (21/10) malam waktu setempat. Mereka dijerat dengan sangkaan penyerangan dengan menggunakan senjata, mabuk, penghinaan rasial dan bertindak bersama-sama.

Sementara itu, pengacara korban, Arie Alimi, meminta para tersangka tersebut dijerat sangkaan yang lebih berat. Ia menuduh mereka melakukan percobaan pembunuhan terkait ras atau agama korban.

Dia mengatakan salah satu wanita secara khusus mempermasalahkan jilbab yang dikenakan oleh beberapa wanita di keluarga Muslim, menyebutnya sebagai "benda yang ada di kepala Anda".

Dia juga menuduh para tersangka mencoba merobek kerudung korban mereka dan mengarahkan pukulan ke kepala. Kedua tersangka membantah melakukan penghinaan rasial.

Pengacara para tersangka, Bernard Solitude, memperingatkan agar tidak "membesar-besarkan cerita ini di luar proporsinya". Ia menyatakan bahwa penting untuk berpegang pada fakta.

Kasus penikaman ini muncul di tengah ketegangan rasial yang meningkat di Prancis. Pekan lalu, seorang guru sejarah di Prancis, Samuel Paty, tewas dipenggal.


Penyebabnya diduga adalah laporan siswa yang menyatakan Paty membahas karikatur Nabi Muhammad S.A.W., di dalam kelas.

Insiden itu kini memicu pertentangan antara umat Muslim dan kelompok sekuler di Prancis semakin tajam.

Sumber: CNN Indonesia

Draf Omnibus Law Terbaru Hilang 1 Pasal, Demokrat Sebut Skandal
Thursday, October 22, 2020

On Thursday, October 22, 2020

 

Anggota DPR Fraksi Demokrat Herman Khaeron menyebut perubahan substansi Omnibus Law UU Cipta Kerja usai disahkan DPR sebagai skandal (M. Arby Rahmat Putratama)

INFONUSANTARA.NET -- Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Herman Khaeron mengatakan temuan penghilangan pasal di draf terbaru Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) yang berjumlah 1.187 halaman merupakan sebuah skandal.

Menurutnya, mengubah substansi regulasi yang telah disahkan dalam Rapat Paripunra DPR RI merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan.

"Ini skandal," kata pemilik sapaan akrab Hero itu seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, Kamis (22/10).

Ia pun mengatakan bahwa hal ini merupakan hal yang selalu diwanti-wanti oleh Demokrat terkait pengesahan UU Ciptaker. Menurutnya, DPR harus mencegah pengesahan sebuah regulasi dengan cek kosong.

"Ini yang selalu saya ingatkan, jangan sampai mengesahkan RUU dengan cek kosong, tidak jelas dan banyak perubahan substansi," tutur Hero.

Untuk diketahui draf UU Ciptaker kembali mengalami perubahan jumlah halaman usai diserahkan DPR ke pemerintah. Jumlah halaman draf final yang diserahkan DPR ke pemerintah sebanyak 812, tetapi kini bertambah 375 menjadi 1.187.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan PP Muhammadiyah mengaku sudah menerima naskah tersebut dari pemerintah. Waketum MUI Muhyiddin Junaidi menerimanya pada 18 Oktober lalu.

Selain jumlah halaman yang bertambah 375, CNNIndonesia.com juga menemukan sejumlah perbedaan di bagian substansi naskah Omnibus Law UU Cipta Kerja yang terbaru dengan jumlah halaman 1.187.

Pasal 46 UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi hilang dari naskah Omnibus Law UU Cipta Kerja yang sudah dipegang pemerintah. Pasal itu tidak lagi tercantum dalam naskah 1.187 halaman.

Pasal berisi 4 ayat itu hilang dan tidak ada keterangan bahwa pasal yang bersangkutan dihapus. Padahal, dalam naskah Omnibus Law UU Cipta Kerja 812 halaman yang diserahkan DPR ke pemerintah, pasal itu masih ada dan terdiri dari 4 ayat. Berikut bunyi Pasal 46 yang hilang.

Selain itu, ditemukan juga perbedaan penempatan Bab tentang Kebijakan Fiskal Nasional yang berkaitan dengan pajak dan retribusi.

Dalam naskah versi 812 halaman, ketentuan itu diatur dalam Bab VIA. Posisinya disisipkan antara Bab VI dan Bab VII. Namun, dalam naskah versi terbaru dari pemerintah yang berjumlah 1.187 halaman, bab tersebut menjadi Bab VIIA. Disisipkan antara Bab VII dan Bab VIII.

Perbedaan lain juga terlihat pada Bab VIA tentang Kebijakan Fiskal Nasional yang berkaitan dengan Pajak dan Restribusi. Versi 812 halaman, Bab VIA disisipkan di antara Bab VI dan Bab VII. Sedangkan versi 1.187 halaman, BAB VIA berubah menjadi BAB VIIA yang disisipkan diantara Bab VII dan Bab VIII.


Teriak Allahu Akbar! Pelaku Penggal Guru Pembahas Kartun Nabi Muhammad
Sunday, October 18, 2020

On Sunday, October 18, 2020

 

Ilustrasi (istimewa)
INFONUSANTARA.NET -- Gara-gara memperlihatkan kartun Nabi Muhammad ke anak-anak muridnya, seorang guru sejarah di Prancis ditikam hingga tewas di dekat sekolah.

Tindakan guru tersebut dianggap menghujat umat Islam, kata pejabat Prancis. Penyerang ditembak mati oleh polisi tidak jauh dari lokasi serangan pada Jumat sore, di daerah permukiman di pinggiran barat laut Paris.

"Salah satu warga kami dibunuh hari ini karena dia mengajar, dia mengajar murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada wartawan di lokasi serangan itu.

"Rekan kami diserang secara mencolok, menjadi korban serangan teroris. Kami akan bertindak. Dengan tegas, dan cepat," kata Macron.

Insiden itu menggemakan serangan lima tahun lalu di kantor majalah satir Charlie Hebdo yang menerbitkan karikatur Nabi Muhammad.

Penerbitan karikatur Nabi Muhammad itu menimbulkan masalah di masyarakat Prancis.

Pembunuhan yang menargetkan seorang guru, ditafsirkan oleh banyak tokoh masyarakat sebagai serangan terhadap esensi kenegaraan Prancis, dengan nilai-nilai yang dianutnya yaitu sekularisme, kebebasan beribadah, dan kebebasan berekspresi.

"Malam ini, Prancis diserang," ujar Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer dalam cuitannya di Twitter.

Korban serangan menderita beberapa luka di leher, menurut seorang perwakilan polisi mengatakan, bahwa guru tersebut dipenggal dalam serangan itu.

Penyiar Prancis BFMTV melaporkan bahwa tersangka penyerang berusia 18 tahun dan lahir di Moskow. Petugas penegak hukum tidak menyebutkan nama penyerang, atau korbannya.

Sumber polisi mengatakan bahwa saksi mendengar penyerang berteriak "Allahu Akbar" atau "Tuhan Yang Maha Besar".

Serangan terjadi di jalan di depan sekolah menengah tempat korban bekerja, di pinggiran kota Conflans Sainte-Honorine.

Daerah tersebut merupakan lingkungan kelas menengah dengan banyak penduduk yang pulang pergi bekerja di Paris.

Menurut laporan media Prancis, guru yang terbunuh itu awal bulan ini menunjukkan kartun itu kepada siswanya sebagai bagian dari pelajaran kewarganegaraan.

Sebuah rangkaian pesan di Twitter yang dikirim pada 9 Oktober berisi video seorang pria yang mengatakan putrinya, seorang Muslim, adalah salah satu murid di kelas. Dia terkejut dan kesal dengan tindakan guru tersebut.

Pria dalam video tersebut mendesak pengguna Twitter untuk mengadu kepada pihak berwenang.

Prancis selama beberapa tahun terakhir telah mengalami serangkaian serangan kekerasan oleh militan, termasuk pembunuhan Charlie Hebdo 2015, dan pemboman juga penembakan pada November 2015 di teater Bataclan dan beberapa lokasi di sekitar Paris yang menewaskan 130 orang.

Kurang dari sebulan yang lalu, seorang pria asal Pakistan menggunakan pisau daging menyerang dan melukai dua orang yang sedang merokok di luar kantor tempat Charlie Hebdo bermarkas pada saat serangan 2015.

Masalah kartun tersebut dihidupkan kembali bulan lalu ketika Charlie Hebdo memutuskan untuk menerbitkannya kembali bertepatan dengan dimulainya persidangan terkait serangan 2015.

Al-Qaeda, kelompok militan Islam yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut, mengancam akan menyerang Charlie Hebdo lagi setelah menerbitkan ulang kartun tersebut.

Majalah itu mengatakan bulan lalu bahwa penerbitan ulang kartun tersebut untuk menegaskan haknya atas kebebasan berekspresi, dan untuk menunjukkan bahwa mereka tidak akan diam oleh serangan kekerasan. Pendirian itu didukung oleh banyak politisi dan tokoh masyarakat Prancis terkemuka.

Menanggapi serangan hari Jumat di luar sekolah, Charlie Hebdo menulis di akun Twitter-nya: "Intoleransi telah melewati ambang batas baru dan tampaknya tidak memberikan dasar apa pun dalam memaksakan terornya ke negara kita."

Source: suara.com