PILIHAN REDAKSI

Maju Pilkada 2024, Rijel Samaloisa Ambil Formulir Pendaftaran Lewat PDIP

INFO| MENTAWAI   – Mantan Wakil Bupati Mentawai periode 2011-2016, Dr Rijel Samaloisa mengambil formulir pendaftaran untuk maju di Pilkada 2...

Budaya

Opini

Mentawai

Padang Panjang

Peristiwa

Pariwara

Sembahyang Tee Soe di Klenteng See Hin Kiong Lama Tetap Berlangsung Meriah Meski Diawali Turun Hujan

Sembahyang Tinggi di Kelenteng See Hin Kiong Lama Kampung Pondok Kota Padang
Infonusantara.PADANG - Setiap tahunnya dilaksanakan acara ritual atau tradisi dari etnis tionghoa di Klenteng See Hin Kiong lama di Kelurahan Kampung Pondok Kecamatan Padang Barat. Tradisi itu disebut  Sembahyang Tee Soe/ Sembahyang Tinggi ( Phoo To ).

Sembahyang Tee Soe secara tradisi diadakan setiap bulan 7 tanggal 15 penggalan Imlek. Pada tahun ini Sembahyang Tee Soe jatuh pada hari Selasa 5 September 2017, Chit Gwee Cap Go 2568.

Dari pantauan Harian KORAN PADANG, meski diwarnai dengan turunnya hujan di awal ritul atau tradisi Sembahyang Tee Soe/ Sembahyang Tinggi( Phoo To) namun menjelang puncak ritual, cuaca kembali membaik sehingga acara ritual Sembahyang Tinggi tetap berlangsung meriah di datangi ratusan orang.

Salah seorang tokoh masyarakat setempat Iswanto Kwara yang juga anggota DPRD Padang ini mengatakan, memang pada setiap tahunnya dilaksanakan Sembahyang Tee Soe/ Sembahyang Tinggi di Klenteng See Hin Kiong lama ini.

Ritual Sembahyang Tee Soe/ Sembahyang Tinggi dipercaya bahwa arwah - arwah dari para leluhur keluar mengunjungi keluarga. Untuk menghormati arwah para leluhur maka diadakanlah sembahyang Tee Soe tersebut,'' ujar Iswanto Kwara dari Klenteng See Hin Kiong lama, Selasa(5/9) malam.

Orang Tionghoa percaya, jika membakar Tee Sue (penguasa arwah leluhur, red) generasi yang ditinggalkan akan aman dari segala marabahaya. Dan dalam ritual ada dua jenis uang arwah yang disediakan untuk dibakar yakni, Kim Cua (Kertas Emas) digunakan untuk upacara sembahyang kepada dewa-dewa dan Gin Cua (Kertas Perak) untuk upacara sembahyang kepada para leluhur dan arwah-arwah orang yang sudah meninggal dunia.

Ia menyebutkan sebelumnya dilakukan sembahyang, pembukaan terlebih dahulu pada pukul 09.00WIB kemudian dilaksanakan arak - arakan " Tee Soe" setinggi lebih kurang 3,5 meter berat 10 kilogram (melambangkan penguasa arwah - arwah leluhur - red), yang dibuat dari bambu dilampisi dengan kertas.

Tee Soe tersebut diberi tanda titik merah di beberapa bagian. Ada sosok dewi "Kwan Im" diatas kepala tersebut. Setelah acara selesai, “Tee Soe” tersebut diletakan di atas sebuah altar yang telah disediakan.

Lanjutnya, lebih kurang pada pukul 18.00 WIB dilaksanakan sembahyang bersama, dilanjutkan sampai pukul 22.00 hingga 23.00 WIB, silanjutkan ritual terakhir dalam kegiatan itu dengan melakukan pembakaran Tee Soe ( penguasa arwah leluhur -red) beserta dua jenis uang arwah Kim Cua (Kertas Emas) dan Gin Cua (Kertas Perak) seperti yang telah disebutkan tadi.

Selain itu yang lebih menariknya lagi, usai ritual di iringi dengan rebutan makanan ( Cio Ko) oleh masyarakat sekitar. Banyak sekali makanan yang disajikan , baik berupa beras, beraneka macam kue, buah-buahan dan lainnya.

"Tidak itu saja, masyarakat yang hadir menyaksikan sembahyang Tee Soe bukan dari etnis tionghoa saja, semua masyarakat kota Padang yang hadir menyaksikan ritual itu diperbolehkan berebutan mengambil makanan yang ada untuk dibawa pulang. Disitulah terlihat suatu keunikkan usai ritual tersebut, " tutup Iswanto Kwara.(im7)







Sebelumnya
« Prev Post
Selanjutnya
Next Post »